Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Anda Suka Menonton Acara Mimbar Agama Lain di Layar Kaca?

16 Oktober 2020   19:35 Diperbarui: 16 Oktober 2020   19:37 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa berniat mempromosikan TVRI, kebetulan saya relatif sering menyetel siaran yang dipancarkan oleh stasiun televisi tertua di tanah air itu. Saya bukan pemirsa yang tahan memelototi layar kaca selama berjam-jam, karena kegiatan ini hanya sebagai pendamping sambil membuka laptop untuk berkompasiana.

Jadi, karena menjadi sambilan, saya jarang berganti channel, kecuali memang ada acara khusus yang saya tunggu seperti siaran berita pada jam-jam tertentu dari beberapa stasiun televisi atau tayangan pertandingan sepak bola.

Maka, walaupun layar kaca lagi menyiarkan acara mimbar agama lain (maksudnya selain agama Islam sebagai agama yang saya anut secara otomatis karena lahir dari keluarga muslim), saya tidak akan mengganti channel, malah terkadang tertarik untuk menyimak.

Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, menurut saya TVRI sudah adil dalam memberikan kesempatan bagi semua agama yang diakui negara, untuk tampil di layar kaca seminggu sekali.

Suatu kali, uni (kakak wanita) saya dari Padang datang ke rumah saya. Ia penonton setia acara pengajian agama Islam, baik melalui layar kaca, maupun yang dicarinya sendiri dari YouTube, atau yang dikirimkan orang lain link-nya di grup media sosial yang diikutinya. 

Nah, sewaktu layar kaca menyiarkan mimbar agama Buddha, tiba-tiba si uni seperti merasa terganggu dan meminta saya mengganti saluran televisi. Mulanya saya coba menawar, apa salahnya kita mendengar, toh ajarannya banyak yang bersifat universal yang relevan bagi siapa saja. 

Jawaban saya rupanya direspon secara negatif oleh si uni. Ia merasa aneh kok saya tertarik menyimak mimbar agama lain dan menilai iman saya belum kokoh. Karena tidak ingin saling berbantahan, akhirnya remote televesi saya serahkan ke si uni.

Dalam hati saya masih tidak setuju dengan si uni, karena iman Islam saya tidak serta merta goyang gara-gara menonton tayangan agama lain itu. Toh, kalau di layar kaca muncul tuntunan yang bersifat ritual, jelas tidak saya ikuti. Tapi, menurut saya tetap tidak ada salahnya mengetahui ritual agama lain.

Satu hal yang membuat saya bangga menjadi orang Indonesia, ternyata Pancasila betul-betul sakti karna mampu mempersatukan bangsa. Hal ini berdasarkan apa yang simak dari tayangan mimbar agama Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, Khonghucu, dan tentu juga Islam. Semua nilai yang terkandung pada sila-sila dalam Pancasila, sejalan dengan ajaran agama-agama tersebut.

Pancasila adalah perekat bangsa. Kerukunan antar umat beragama otomatis akan terbentuk, bila kita menghayati dan mengamalkan semua sila dalam Pancasila dengan baik. Maka, ada baiknya ditingkatkan pengetahuan kita atas semua agama yang diakui negara. Paling tidak untuk hal-hal yang bersifat umum, agar hubungan dengan teman yang beragama lain menjadi lebih harmonis karena saling menghargai.

Tentu tidak tertutup kemungkinan, adanya orang yang sengaja mempelajari agama lain secara mendalam. Ini juga baik-baik saja. Bisa jadi sebagai refleksi dari pencarian spiritual seseorang, sehingga ia tertarik mendalami agama lain. Kalau dengan kesadaran sendiri, ia memilih berpindah agama, itu haknya yang harus dihargai, walaupun mungkin keluarganya akan keberatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun