Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lansia dan Kesepian, Membawa Derita atau Bahagia?

2 Oktober 2020   00:07 Diperbarui: 2 Oktober 2020   05:05 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. beritasatu.com

Persiapan dimaksud bisa saja dalam arti finansial telah mencukupi, sehingga di masa pensiun tidak mengalami kesulitan keuangan. Akan berbeda halnya orang tua yang mengandalkan kehidupannya pada kemurahan hati anak dan menantunya, yang juga belum tentu hidup berkecukupan.

Maka berkaitan dengan soal anak tersebut, persiapan yang tak kalah penting tentu saja memberikan bekal yang cukup agar anak-anak mereka bisa sukses dalam pendidikan, berkarier, dan berkeluarga. Betapa bahagianya orang tua yang berhasil menuntaskan tanggung jawabnya, ketika semua anaknya sudah mandiri.

Kesepian bisa pula dihilangkan dengan kesibukan aktivitas sosial dan keagamaan. Rajin salat berjamaah di masjid dan mengikuti acara pengajian (asumsinya bukan pada masa pandemi seperti sekarang), atau menerima amanah menjadi ketua atau pengurus RT/RW.

Tapi, bila hari-hari tua diisi dengan melamunkan kenangan masa lalu, lalu ngomel-ngomel menyalahkan orang lain, merasa ada saja bagian tubuhnya yang sakit, maka ini pertanda yang belum siap menghadapi kenyataan di masa tua.

Gampang kok melihat lansia yang bahagia, dari wajahnya juga terbaca. Yang sering senyum, senang bertegur sapa dan tertawa dengan siapapun yang ditemuinya, terlihat lebih muda dari usia yang sesungguhnya.

Sebaliknya, mereka yang sering cemberut, sering mengeluh kepada orang lain yang ditemuinya, bercerita tentang anak-anaknya yang dinilainya tidak mau tahu dengan orangtuanya, gampang diduga, mereka lansia yang menderita. Biasanya, wajahnya terlihat lebih tua dari usia yang sesungguhnya.

Perlu diingat, orang tua yang bahagia atau yang menderita dalam kesepian itu tidaklah bersifat permanen. Orang yang sama bisa saja hari ini merasa bahagia, tapi minggu depannya merasa menderita. Hari ini bersikap arif, tapi besok bertingkah seperti anak kecil, menelpon anak cucunya dan minta macam-macam.

Asal saja perasaan berbahagianya bertahan lebih lama, dan hanya sesekali merasa sedih, itu sudah termasuk bagus. Kuncinya, orang tua mau menerima kenyataan, dan menyadari bahwa setiap zaman ada perbedaannya. Bahkan, jika perlu, orang tua tidak sungkan belajar internetan dengan anak atau cucunya.

dok. beritasatu.com
dok. beritasatu.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun