Membicarakan tentang make over rumah, tentu yang terbayang adalah merenovasi bagian tertentu dari rumah. Mungkin dengan membongkar ulang taman di halaman depan dengan gaya kekinian yang lebih indah, atau membuat rooftop di lantai atas untuk tempat nongkrong sambil ngopi-ngopi cantik.
Namun demikian, tak ada salahnya, agar pemandangan lebih segar, sekadar menukar tempat beberapa barang seni yang dipajang di lemari khusus atau digantungkan di dinding rumah. Mengganti kain pelapis sofa dengan warna yang lebih ngejreng, serta mengecat ulang tembok atau dinding rumah.
Saya sendiri baru-baru ini sengaja meluangkan waktu untuk melihat kondisi buku-buku saya yang ada dalam beberapa lemari yang letaknya saling berjauhan. Saya tidak punya ruang khusus semacam perpustakaan pribadi, sehingga lemari buku ada yang terletak di ruang keluarga, di kamar tidur dan di ruang terbuka di lantai dua rumah saya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.Â
O ya, ada satu lemari lagi dengan posisi yang agak unik. Ada bagian dinding yang menjorok ke belakang, sehingga menimbulkan celah dengan lebar 1,5 meter dan tinggi sekitar 3,5 meter. Celah itu yang ditutup dengan lemari yang memang saya pesan khusus ke seorang tukang.
Hanya buku di lemari di kamar tidur yang sebagian berupa buku-buku yang belum saya baca atau yang sedang saya baca, namun belum tamat. Adapun yang di lemari lainnya, semuanya sudah saya baca.Â
Saya sendiri boleh dikatakan rutin (sebelum adanya pandemi) berkunjung ke toko buku, biasanya ke Gramedia Jalan Matraman, Jakarta Timur, rata-rata sekali tiga bulan. Setiap berkunjung membeli sekitar 7-8 buku. Untungnya sejak beberapa bulan ini saya punya waktu yang leluasa untuk membaca, sehingga jumlah buku yang belum terbaca semakin sedikit.
Tujuan saya membeli buku memang buat dibaca, bukan buat gagah-gagahan. Jadi, bila masih ada buku yang belum terbaca, saya merasa rugi. Namun, bila itu berupa buku-buku yang didapat secara gratis dari kantor tempat saya bekerja, tidak semua saya baca secara utuh.
Buku dari kantor tersebut sebetulnya termasuk penting bagi saya, banyak berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia, manajemen risiko, dan akuntansi (sesuai dengan beberapa divisi tempat penugasan saya). Hanya saja, buku tebal yang ditulis bergaya textbook anak kuliahan itu, cenderung membosankan. Tapi tetap saya simpan untuk sewaktu-waktu dibuka apabila diperlukan.
Nah, ceritanya, sudah lama saya ingin membongkar buku- buku di lemari dengan posisi unik di atas. Soalnya, di bagian pinggir lemari terlihat serbuk bekas rayap. Padahal, saya banyak menaburi kapur barus.Â
Hanya saja, setiap saya mau membongkar, datang "setan" membisiki. "Jangan sekarang, ntar aja," begitu kata si setan kira-kira, yang membuat saya terlena. Begitu malas saya membongkar dan menduga yang dimakan rayap sedikit saja, tidak mengkhawatirkan.
Sampai akhirnya istri saya betul-betul ngomel dan bertindak sendiri. Dia tahu saya akan kesal kalau buku-buku saya diutak-atiknya. Tapi apa boleh buat, kali ini saya tak mungkin kesal lagi, malah harus berterima kasih pada sang istri.
Baru 5 menit istri saya beraksi, telah terlihat hasilnya. Ternyata rayap yang menyerang sudah pada tahap parah. Mau tak mau saya turun tangan, bahu membahu dengan istri selama tiga-empat jam. Itupun baru berhasil sekadar memisahkan mana buku yang masih bisa diselamatkan, dan mana yang harus dibuang.
Bayangkan, ada beberapa buku setebal sekitar 500-600 halaman, bolong-bolong semua halamannya, ada pula yang hancur jadi bubuk begitu diangkat. Rupanya binatang kecil itu, bila sudah berkelompok menjadi koloni, kekuatannya menghancurkan "gudang ilmu" demikian luar biasa.
Sebetulnya saya sangat sedih, karena beberapa buku yang dimakan rayap adalah buku yang ingin saya buca ulang lagi seperti novel karya Pramoedya Ananta Toer. Buku agama yang sering menjadi rujukan saya juga habis dimakan rayap. Namun demikian, saya merasa bersyukur, kalau saja saya menunda lebih lama lagi, alamat gudang ilmu yang saya miliki betul-betul akan hancur total.
Dugaan saya, koloni rayap akan menyerang bila lemari sering dalam kondisi lembab. Lagipula, saya menyusun buku dengan penuh sesak dan tak ada udara yang masuk karena tertutup kaca. Kelalaian saya, saya malas mengecek dan membersihkan buku, sesuatu yang sifatnya mutlak bagi yang hobi membaca buku seperti saya.
Setelah saya cek pada beberapa referensi di dunia maya, rupanya jika lemari menempel di tembok, akan memancing hewan pemakan kayu itu menyusuri tembok agar bisa mendapatkan selulosa dari kayu. Bayangkan, bila kayu tersebut menempel, betapa mudahnya rayap memangsa kayu dan akhirnya memangsa buku-buku yang tersusun dalam lemari kayu.
Demikian saja, mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca, agar tidak mengalami kejadian yang tidak diharapkan seperti yang saya alami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H