Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cinta Tak Mesti Bersatu, Bukan Ratapan Kasih Tak Sampai

13 September 2020   07:10 Diperbarui: 13 September 2020   07:23 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya soal uang jemputan itu bisa dirundingkan dengan baik-baik, tapi karena ada ketersinggungan akibat miskomunikasi antar keluarga kedua belah pihak, membuat hubungan Amran-Eli pun kandas. Kabar baiknya, keduanya bisa menerima dengan lapang dada, tidak mau meratapi nasib, dan saling mendoakan yang terbaik buat sang mantan.

Amran tak perlu waktu lama untuk move on, setahun setelah itu, ia menikah dengan gadis sesama asal Pariaman dan bekerja sebagai guru di sebuah SMA negeri di Padang. Eli yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, menikah dengan lelaki asal Jawa Timur yang merupakan rekanan di perusahaan tempatnya bekerja.

Demikian saja sedikit kilas balik berkaitan dengan kisah asmara dua orang teman saya. Kembali ke cerita pertemuan saya yang terakhir dengan Amran, yakni di sebuah resepsi pernikahan di Jakarta. Rupanya setelah ia pensiun tahun lalu, Amran dan istri sering tinggal di Jakarta karena anak sulungnya bekerja, berkeluarga, dan punya rumah di pinggiran Jakarta.

Saya dan Amran datang lebih awal di resepsi tersebut, sehingga kami asyik ngobrol sambil menunggu acara dimulai. Amran datang dengan istrinya, sedangkan saya sendiri saja, karena istri ada keperluan lain. Tak lama kemudian, setelah iring-iringan pengantin naik ke pelaminan, Eli datang dengan suaminya. Saya dan Amran sama-sama menoleh ke arah Eli dan saat Eli pas melewati tempat saya berdiri, saya panggil dan menyalaminya.

Amran hanya menonton adegan saya bertukar sapa dengan Eli, tapi keduanya sempat saling lirik, sebelum saya "memperkenalkan" Amran kepada Eli. Siapa tahu lebih 30 tahun tidak bertemu membuat keduanya pangling. Tapi Eli dengan jujur mengakui bahwa ia sudah menebak dalam hati, pasti lelaki di sebelah saya Amran. Demikian juga Amran sebelumnya sudah berbisik ke saya bertanya, apakah itu Eli?

Sengaja saya perhatikan ekspresi Amran dan Eli yang kemudian terlibat pembicaraan kecil sebentar saja. Jelas ada kegugupan, kejutan, dan perasaan campur aduk di hati mereka berdua. Apalagi mereka harus menenggang perasaan pasangannya, sehingga setelah berbasa basi sebentar, Eli pamit bergerak ke arah lain. 

Tapi setelah itu, mata saya masih memergoki mereka saling mencuri pandang. Ketika 3o menit kemudian, saya lagi menikmati makanan, Eli yang terpisah dari suaminya, mendekati saya dan banyak bertanya tentang perkembangan Amran. Sebaliknya, setelah Eli menjauh ke sudut lain, gantian Amran yang mendekati saya, menanyakan bagaimana perkembangan Eli.

Mungkin saya keliru, kesimpulan saya, perasaan saling mencintai di antara mereka berdua, masih terlihat jelas. Nah, itulah yang saya maksud dengan cinta tak mesti bersatu. Idealnya tentu saja cinta yang bersatu akan jauh lebih syahdu. Namun demikian, tanpa bersatu bukan berarti harus berganti dengan saling tidak bertegur sapa, bahkan ada yang pura-pura tidak kenal. Tidak perlu pula saling menjelekkan satu sama lain.  

Atau dalam kondisi yang sebaliknya, cinta yang tak mesti bersatu tidak perlu menjadikan salah satu pihak atau kedua-duanya saling meratapi nasib, berputus asa, depresi, atau berbagai penyakit mental lainnya. Sangat tidak dianjurkan pula melakukan bunuh diri berdua.

Cinta katanya tidak butuh logika. Tapi justru dengan akal sehat lah, perjalanan cinta yang tak mesti bersatu bisa dihadapi dengan baik-baik saja.

dok. pixabay, dimuat tribunnews.com
dok. pixabay, dimuat tribunnews.com
.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun