Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pentingnya Pemikiran Analitis, Konseptual, dan Strategis bagi Asesor

4 November 2020   08:02 Diperbarui: 6 November 2020   20:40 3168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerjaan asesor. (sumber: vadimguzhva via kompas.com)

Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman sewaktu menjadi anggota tim penilai bagi pekerja yang mau dipromosikan di perusahaan tempat saya bekerja, sebuah BUMN yang bergerak di bidang keuangan.

Tentu saya tidak ujuk-ujuk jadi asesor, karena banyak juga teman yang jabatannya satu level dengan saya, tapi tidak terpilih menjadi asesor. Saya harus mengikuti pelatihan dulu dan lulus dalam ujian praktik yang dinilai oleh konsultan bidang sumber daya manusia yang sudah punya nama besar di level Asia Tenggara.

Salah satu metode yang digunakan dalam memilih para pekerja yang layak dipromosikan adalah melakukan wawancara kompetensi. Dalam hal ini, tim asesor terdiri dari 3 orang, saling bergantian bertanya terhadap seorang asesi (pekerja yang diases). 

Ada 12 kompetensi yang harus diidentifikasi oleh asesor, apakah si asesi mempunyai semua kompetensi atau mempunyai sebagian saja. Kalau memang mempunyai, harus ditentukan pula pada level kedalaman berapa, karena nanti akan diberi skor, untuk menetapkan hasil akhir yang direkomendasikan tim asesor.

O ya, dalam asesemen, tak ada istilah lulus atau tidak lulus. Hanya ada kategori layak direkomendasikan untuk promosi, masih dapat direkomendasikan, dan belum dapat direkomendasikan. 

Mereka yang belum direkomendasikan bukan berarti tidak lulus, tapi kompetensi yang dipunyainya belum cocok dengan kompetensi jabatan yang dituju. Untuk itu, mereka perlu mengembangkan kompetensi tertentu di masa datang.

Nah, untuk tulisan ini, saya fokus membahas tiga kompetensi yang berkaitan dengan pemikiran (thinking), yakni pemikiran analitis, pemikiran konseptual, dan pemikiran strategis. 

Definisi dari pemikiran analitis adalah memahami sesuatu (kondisi, situasi, atau masalah) dengan cara menguraikan masalah tersebut menjadi beberapa bagian kecil atau melacak implikasi dari situasi tersebut secara bertahap. 

Dengan demikian, akan jelas hubungan sebab dan akibatnya, sekaligus mengetahui penyebab utama dari masalah dan penyebab ikutan yang terjadi akibat munculnya penyebab utama.

Mereka yang memiliki pemikiran analitis yang mendalam mampu memetakan masalah yang kompleks dan multidimensi menjadi lebih sederhana, sehingga lebih gampang menyusun alternatif pemecahan masalah, sekaligus memutuskan alternatif mana yang akan dipilih.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemikiran konseptual adalah kebalikan dari pemikiran analitis. Dari berbagai hal yang terpencar-pencar, yang pada awalnya terlihat beragam tanpa kaitan yang jelas, dapat diidentifikasi pola hubungan serta kecenderungannya sebagai sebuah gambaran yang komprehensif. Tahap berikutnya bisa berlanjut dengan melahirkan konsep baru atau menyempurnakan konsep yang sudah ada.

Adapun pemikiran strategis adalah pemikiran yang mampu menghubungkan kondisi sekarang dengan prediksi perkembangannya untuk jangka panjang. 

Berbagai inovasi akan lahir bukan sekadar jawaban untuk masalah yang dihadapi sekarang, tapi justru untuk menjawab tantangan 5 tahun ke depan. Menjadi pionir, bukan pengekor, namun bukan berspekulasi, karena ada dasar pemikiran rasionalnya, itulah hasil pemikiran strategis.

Definisi di atas hanya salah satu versi, itupun seingat saya saja dengan memakai bahasa sendiri. Tentu ada versi lain yang dengan gampang bisa dilacak dari berbagai sumber. Tapi, pada intinya, kurang lebih seperti yang telah ditulis di atas.

Tapi, meskipun seseorang hafal dengan baik definisi ketiga jenis kompetensi pemikiran di atas, bukan berarti telah memiliki kompetensi dimaksud, karena yang dinilai bukan hafal tidaknya, tapi apakah dalam keseharian mereka bekerja, telah menggunakannya.

Bahkan, banyak orang yang tidak bisa menjelaskan penegertian kompetensi tersebut, namun ia telah mempunyai tanpa disadarinya, telah terbentuk berdasarkan pengalaman sehari-harinya.

Makanya, dalam wawancara kompetensi, pertanyaan yang dilontarkan asesor bukan "apa yang akan saudara lakukan, jika menemui kondisi seperti....". Ini bukan berandai-andai, yang jika si asesi nanti sudah naik jabatan, belum tentu ia melakukan seperti jawabannya saat wawancara.

Asesor hanya meminta asesi untuk menceritakan pengalamannya yang berkesan selama ia berada dalam jabatan saat ini (jabatan sebelum direkomendasikan buat promosi sesuai hasil asesmen). 

Cerita itulah yang digali asesor dengan lebih detil agar terjawab apakah asesi terbukti mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan untuk promosi atau belum.

Mereka yang kompetensinya dalam ketiga jenis pemikiran di atas belum begitu mendalam, bukan berarti kariernya mentok. Bisa jadi mereka kuat dalam kompetensi lain. Jabatan-jabatan yang memerlukan kompetensi bidang pemikiran biasanya berada di kantor pusat yang memang banyak bersifat menyusun kebijakan, menyusun perencanaan jangka panjang, serta menganalis dan mengevaluasi laporan dari cabang-cabang.

Adapun mereka yang lebih kuat dalam kompetensi "mempengaruhi orang lain" akan cocok di bidang pemasaran seperti kepala cabang yang harus mencari pelanggan sebanyak-banyaknya. 

Namun, ada juga kompetensi yang mutlak harus dipunyai, terlepas dari apapun jabatan yang diemban seseorang, yakni "integritas". Masalahnya, justru bagaimana mendeteksi integritas seseorang, sungguh tidak gampang, termasuk bagi asesor dengan jam terbang yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun