Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, sebagai Ketua Umum partai terbesar di tanah air, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), tentu kesibukannya demikian banyak. Kesibukannya yang menonjol antara lain menetapkan calon kepala daerah yang akan diusung PDIP pada pilkada serentak Desember tahun ini.
Namun demikian, semua kesibukan tersebut ternyata dilakukan dari rumah beliau di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Rapat-rapat yang dipimpin Megawati berlangsung secara online. Aktivitas Megawati dalam webinar juga relatif sering. Tentu semua kader partai dan masyarakat bisa memahami kenapa Megawati berkurung saja di rumahnya.
Ya, apalagi kalau bukan karena menjaga kesehatan agar Megawati tidak tertular Covid-19. Dan kesabaran Megawati pantas diapresiasi, karena sudah hampir enam bulan, beliau tidak pernah keluar rumah. Agaknya sulit mencari orang lain yang mampu menyaingi dalam hal lamanya tidak keluar rumah.
Entah mengeluh atau memuji, Megawati mengungkapkan bahwa anaknya yang juga Ketua DPR-RI, Puan Maharani terlalu cerewet melarang ibunya keluar rumah, seperti diberitakan kompas.com (28/08/2020). Bahkan Megawati mengistilahkan bahwa "saya di-lockdown oleh putri saya, Mbak Puan Maharani".
Tentu saja Puan melakukan itu sebagai wujud kecintaannya pada sang ibunda. Sebagai orang yang telah tergolong lanjut usia (beliau lahir tahun 1947), Megawati memang rawan bila berada dalam kerumunan orang lain. Jadi teramat wajar, bila Puan tak memberi izin ibunya keluar rumah. Tapi itu juga sekaligus menggambarkan bahwa betapa dekatnya hubungan Mega-Puan dibanding hubungan Mega dengan dua anak lelaki beliau.
Bagi PDIP pun dengan disiplinnya Megawati mematuhi larangan Puan, menjadi hal yang menguntungkan. Tidak terbayang apa yang akan terjadi bila Megawati menderita sakit kronis, karena hingga saat ini masih belum terlihat figur lain yang mampu menjadi pengganti Megawati sebagai pimpinan puncak partai.
Tak heran bila Megawati menjadi ketua umum partai yang terlama, sudah sejak 1999 ketika PDIP berdiri, Megawati tak tergantikan hingga sekarang. Bahkan jauh sebelumnya, Megawati sudah menjadi ketua umum partai berlambang banteng itu di penghujung era orde baru, namun tidak diakui oleh pemerintah saat itu.Â
Pada musyawarah nasional tahun 1993, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) bentukan orde baru, memilih Megawati sebagai ketua umum. Â Tapi kemudian PDI terbelah dua, dan yang diakui pemerintah adalah PDI versi ketua umum Soerjadi yang terpilih pada kongres PDI 1996.Â
Masalahnya, kubu Megawati menguasai kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Kubu Soerjadi ingin mengambil alih. Maka terjadilah kerusuhan dari massa yang diduga pendukung Soerjadi datang menyerbu kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996. Itulah yang melahirkan peristiwa "kudatuli" (kerusuhan 27 Juli).
PDI versi Megawati yang tidak diakui, akhirnya ketika rezim Soeharto tumbang, bertransformasi menjadi PDIP. Sementara PDI yang asli malah hilang dari peredaran karena saat pemilu pertama di era reformasi, gagal mendulang suara untuk memenuhi ambang batas.
Nah, jelaslah betapa sentralnya sosok Megawati di PDIP, meskipun usia kepemimpinannya sebagai Presiden RI relatif pendek, yakni setelah Gus Dur dimakzulkan 2001 hingga 2004, ketika akhirnya dikalahkan oleh SBY dalam pilpres.
Joko Widodo boleh saja disebut sebagai putra terbaik PDIP dengan prestasi dua periode menjadi Presiden RI. Tapi besar kemungkinan bukan Joko Widodo yang akan menggantikan Megawati dari kursi Ketua Umum PDIP. Sampai sekarang memang belum begitu jelas siapa figur paling kuat yang berpotensi menggantikan Megawati.
Sekiranya trah Soekarno dianggap menjadi faktor penentu, tak pelak lagi, Puan yang paling berpeluang menggantikan sang ibunda. Puan sendiri digadang-gadang akan dipasangkan dengan Prabowo pada pilpres 2024. Puan cukup menjadi wapres dulu, agar siap untuk jadi presiden pada 2029.
Kembali ke soal Megawati yang ter-lockdown, memang begitulah yang terbaik, agar beliau selalu sehat. Hal ini sekaligus berarti beliau tetap mampu memastikan berjalannya program PDIP agar tetap menjadi partai nomor satu di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H