Zubairi mengatakan bahwa kita berhadapan dengan fenomena gunung es karena jumlah warga yang dites masih terbatas. Presiden Joko Widodo meminta setiap hari dilakukan tes terhadap 30.000 orang, namun yang baru tercapai secara rata-rata masih di kisaran 10.000 orang.
Fenomena gunung es dapat ditafsirkan bahwa data jumlah warga yang dilaporkan terpapar Covid-19 hanya yang muncul ke permukaan laut, padahal di bawahnya ada gunung es yang besar yang tidak terlihat.
Dari data yang ada, DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan jumlah pasien positif Covid-19 terbanyak, meskipun sempat untuk beberapa hari disalib oleh Jawa Timur. Dari sisi jumlah yang terpapar, bisa ditafsirkan kondisi Jakarta tergolong berbahaya.
Namun demikian, dilihat dari sisi realisasi jumlah warga yang sudah dites, Jakarta yang paling bagus. Jadi, banyaknya yang terpapar Covid adalah karena gencarnya pemeriksaan di Jakarta. Hingga 16 Agustus 2020, telah 504.075 orang yang dites di Jakarta, yang sama dengan 47 persen dari semua orang yang dites secara nasional. Padahal, total penduduk Jakarta hanya 4 persen dari populasi nasional.
Maka jelaslah bahwa bersamaan dengan usaha pemerintah untuk memperoleh vaksin, yang tak kalah pentingnya adalah bagiamana meningkatkan jumlah orang yang dites setiap hari. Ini berkaitan dengan kapasitas peralatan, sumber daya manusia yang kompeten untuk melakukan tes, dan kemampuan petugas terkait dalam melacak mereka yang pernah kontak dengan orang yang positif Covid-19.
Adapun bagi kita semua, ya seperti yang telah disinggung di atas, harus disiplin mematuhi protokol kesehatan dengan melakukan 3M setiap melakukan aktivitas yang ada orang lain di sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H