Vaksin Covid-19 merupakan harapan besar yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, bukan hanya di negara kita, tapi boleh dikatakan di semua negara. Inilah jurus pamungkas yang diyakini mampu mengusir pandemi Covid-19 enyah dari negara kita dan juga negara lain.
Khusus bagi kita di Indonesia, karena masyarakat kita secara umum tergolong kurang disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan sewaktu berada di luar rumah, tentu wajar bila kita sangat berharap memperoleh vaksin dalam jumlah yang mencukupi, baik dari produsen di luar negeri, maupun dari produk lokal yang juga sedang diupayakan.
Tidak heran kalau Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir belum lama ini berkunjung ke China, dalam upaya memastikan Indonesia mendapat pasokan vaksin merek Sinovac, buatan negeri tirai bambu itu. Kemudian terbetik pula berita, Presiden Joko Widodo dengan gembira mengabarkan bahwa pemerintah menyiapkan 290 juta dosis vaksin Covid-19 hingga akhir 2021.
Seperti yang ditayangkan dalam siaran berita salah satu stasiun televisi pada Senin (24/8/2020) sore, Presiden Joko Widodo mengatakan, dengan kepastian penyediaan vaksin tersebut, Indonesia lebih cepat bergerak dibandingkan sejumlah negara lain yang baru dapat komitmen 1 juta atau 2 juta dosis vaksin.
Memang kalau mengingat betapa tidak gampangnya mendapatkan komitmen penyediaan vaksin dari pihak luar negeri, tentu hal ini sebuah prestasi tersendiri. Apalagi seperti diketahui, negara superpower yang jauh lebih unggul dalam ilmu pengetahuan dan penelitian, jelas lebih mengamankan keperluan bagi negara mereka sendiri.
Padahal kalau negara maju bertindak serakah dengan memonopoli produksi dan distribusi vaksin, pada akhirnya akan terjadi ketimpangan yang luar biasa. Soalnya, di negara-negara yang tidak kebagian, tentu kondisinya akan semakin parah, dan lama-lama negara maju akan "dikepung" oleh negara berkembang yang mengalami lonjakan korban pandemi.
Bukankah kunci penanganan pencegahan pandemi tersebut tidak bisa berjalan secara sendiri-sendiri, tapi harus kompak antar berbagai pihak. Tidak saja kekompakan dalam suatu negara, namun juga kekompakan antar negara, karena setiap negara tidak bisa menutup wilayahnya selamanya.Â
Baik, kita boleh saja optimis dalam hal ketersediaan vaksin, meskipun belum jelas apakah nantinya semua penduduk Indonesia akan kebagian secara gratis, atau menjadi ladang bisnis bagi perusahaan yang diberi hak oleh pemerintah untuk mengedarkannya.
Logikanya, vaksin diberikan kepada semua orang yang belum terpapar Covid-19 dan juga belum punya antibodi sebagai bagian dari sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Jumlah 290 juta dosis vaksin sepertinya sudah bisa menutupi kebutuhan untuk seluruh penduduk Indonesia.
Namun demikian, agar kita tidak lengah, ada baiknya tidak usah terlalu gembira dengan bakal adanya vaksin. Justru, sebelum vaksin betul-betul disuntikkan ke tubuh kita, tak ada jalan lain, semua kita harus mematuhi protokol kesehatan. Rumusnya sederhana saja, lakukan 3M (mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak dengan orang lain).
Sebetulnya, kondisi kita hingga saat ini boleh dikatakan sangat mengkhawatirkan. Hal ini antara lain mengacu pada berita di kompas.id (22/8/2020) yang menulis pendapat Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djurban.