Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Dokter Digempur Dokter-dokteran di Media Sosial

7 Agustus 2020   07:00 Diperbarui: 7 Agustus 2020   07:03 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yang ngeri melihat kelakuan teman ini, mengirim pesan secara japri, meminta agar ia berhati-hati. Eh, malah saya diceramahi tentang teori konspirasi dari WHO (badan PBB yang mengurus kesehatan).  Teman saya merasa pemerintah cenderung menakut-nakuti masyarakat.

Baik kakak saya, maupun teman saya, baru memasuki masa pensiun sebagai pegawai negeri. Jadi, keduanya punya waktu luang yang banyak, dan baru "pintar" sebagai penikmat media sosial. Sebelumnya boleh dibilang gaptek alias gagap teknologi. Topik pengajian dan kesehatan merupakan hal yang paling digemarinya.

Masalahnya, kakak saya terlalu cekatan bertindak, meneruskan konten yang menarik perhatiannya ke grup media sosial lain. Justru anak-anak mereka yang jadi dokter, dengan usia relatif muda, di awal 30-an tahun, yang lebih mampu menyaring informasi. 

Padahal, ada anggapan umum, anak muda sekarang lebih ceroboh, cenderung tidak melakukan check and recheck dalam bermedia sosial. Bahkan tidak sedikit anak muda, yang saking kreatifnya, mengunggah konten yang kontroversial, cenderung menyesatkan, demi meraih tanggapan yang ramai dan heboh. Termasuk dalam hal ini konten tentang kesehatan.

Jadi, berbicara tentang generasi milenial dalam aktivitasnya bermedia sosial, terbagi dalam dua kelompok, yakni yang mengedepankan nalar, dan yang kurang menggunakan nalar, baik yang ikut memproduksi konten yang akurasinya diragukan atau yang sekadar menyebarkannya.

Sedangkan para orang tua, lebih banyak sebagai korban ketidaktahuan, namun tidak sadar bahwa mereka tidak tahu. Justru orang tua ini merasa terbantu dengan nasehat dari dokter-dokteran itu. Begitulah faktanya saat ini, ketika semua orang bisa jadi "dokter". 

Parahnya, bila demikian banyak orang yang yakin bahwa yang ditulis dokter-dokteran itu sebagai hal yang benar, ya sudah, inilah saat matinya kepakaran medis. Apa memang seperti itu yang kita mau? 

dok. istockphoto, dimuat tirto.id
dok. istockphoto, dimuat tirto.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun