Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Raya Kurban dan Kesalehan Simbolik Kelas Menengah

30 Juli 2020   19:07 Diperbarui: 30 Juli 2020   19:08 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan heran, mereka tidak sekadar pergi umrah saja, tapi shopping di Dubai, Doha, atau Istanbul. Kesalehan tidak harus miskin, tidak harus anti belanja. Sekarang (maksudnya sebelum pandemi Covid-19), paket wisata yang dikemas khusus untuk kelas menengah muslim, terbilang laris.

Masalahnya adalah, meskipun kelas menengah rajin memberikan sedekah, termasuk berkurban di momen Idul Adha, gaya hidup yang dianutnya sangat mungkin dilihat dengan rasa iri oleh masyarakat muslim kelas bawah, yang sekadar untuk makan sehari-hari saja susah. Bahkan, gara-gara pandemi, jutaan orang terkena PHK dan hanya berharap dari bantuan sosial.

Maka berkurban saja, walaupun itu jelas-lelas membantu, tetap belum cukup, jika kita berbicara dalam bingkai ke-Indonesia-an. Berkurban memang ibadah yang kasat mata, sehingga sangat menggugah bagi mereka yang mementingkan kesalehan simbolik. Nama mereka yang berkurban, terinci dengan jumlah berapa ekor hewan yang dikurbankannya, tercatat rapi pada arsip panitia kurban.

Jika yang berkurban tersebut seorang pejabat tinggi, biasanya juga akan diliput oleh media massa. Yang tidak kebagian diliput, boleh saja pasang foto sendiri di akun media sosialnya. Tentu saja tidak mungkin ada pelarangan memamerkan kesalehan simbolik di media mana pun, termasuk media sosial.

Mudah-mudahan saja makna berkurban yang seseungguhnya juga dijiwai dengan baik oleh mereka yang berkurban, karena bukankah kurban itu sendiri bersifat simbolik? Ada pemuka agama yang mengatakan menyembelih hewan kurban dimaknai sebagai menyembelih sifat kebinatangan yang ada pada diri manusia, seperti rakus, angkuh, dan mau menang sendiri.

Apapun itu, setiap ibadah seyogyanya dilakukan semata-mata karena Allah, sebagai bukti ketakwaan kepada Sang Pencipta. Khusus untuk berkurban, ibadah ini juga berdimensi sosial dengan tujuan yang amat mulia, yakni terjalinnya hubungan antar manusia yang lebih harmonis, antara yang mempuyai kelebihan rezeki dengan yang kekurangan. Pada akhirnya, kita berharap, kesenjangan kesejahteraan dapat dikurangi.

dok. islami.co
dok. islami.co
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun