Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita Tipe Jinak-jinak Merpati yang Sering Disalahpahami

9 Agustus 2020   07:00 Diperbarui: 9 Agustus 2020   07:50 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan tiga atau empat lelaki lain, salah satunya saya duga adalah Ali, semuanya berniat menjadikan Desi sebagai istri keduanya, sesuatu hal yang sangat tidak diingini Desi. Apalagi suatu kali Desi pernah bercerita bahwa ia sering menonton sinetron yang ditayangkan salah satu stasiun televisi, yang format ceritanya selalu tentang penderitaan istri kedua yang selalu dinilai sebagai pelakor. Padahal bisa jadi si suami yang "gatal".

Tapi, sejauh yang saya tahu, Desi tidak mau jalan berduaan saja dengan lelaki yang naksir dia itu. Menurut saya Desi relatif alim, tentu memahami bahwa jalan berdua dengan bukan muhrim, akan ada setan yang menjadi orang ketiga. 

Namun demikian, kalau pergi dalam satu kelompok, Desi rajin ikut. Toh, ia hanya cukup ngomong ke anaknya saja jika mau pergi, bukan minta izin. Dulu sewaktu suaminya masih ada, konon Desi kemana-mana sering dikawal suami. Akhirnya karena Desi hanya mau jika berkelompok, teman yang ingin mendekati Desi memakai taktik mengajak beberapa orang wanita dan laki-laki yang satu "geng" saat kuliah dulu. 

Tentu saja Desi, sang primadona, menjadi faktor penentu apakah acara akan berlangsung atau tidak. Maksudnya, bila Desi berhalangan, lelaki yang menjadi "sponsor" dipastikan membatalkan acara. Sedangkan laki-laki yang diajak, dipastikan bukan pesaing dari teman yang jadi sponsor. Teman yang punya inisiatif inilah yang menjadi bos, mengeluarkan uang untuk makan-makan, nonton bioskop, atau membeli tiket untuk masuk tempat rekreasi.

Nah, analisis saya, beberapa teman ada yang jahil dengan memanfaatkan kondisi seperti itu. Katakanlah mereka kompak mengompori si lelaki yang naksir Desi, mengatakan kalau Desi ingin jalan-jalan ke Bali. Nanti tiket pesawat Jakarta-Bali pulang pergi dibayari si bos yang kebelet ini.

Nanti cerita si tukang kompor ke Desi lain lagi, seolah-olah untuk acara ke Bali, biaya akan ditanggung masing-masing. Tapi nanti kenyataannya, ketika Desi mau membayar kontribusinya ke teman yang mengurus tiket, baru dikatakan sudah ada yang membayarkan.

Agaknya dari sanalah ungkapan jinak-jinak merpati disematkan ke Desi, karena ia mau diajak jalan ramai-ramai, ketawa ketiwi, berfoto ria yang dipajang di media sosial. Tapi begitu didekati secara serius, ia akan menolak.

Seperti halnya burung merpati, terlihat seperti akan gampang didekati, tapi begitu mau ditangkap, burung-burung itu pun terbang. Begitulah Desi di mata beberapa lelaki, khususnya yang telah berkorban secara materi. Hanya saja kritik saya bagi si lelaki, bila tidak ikhlas mentraktir, jangan berani berspekulasi.

Bagi Desi sendiri, pasti ia tidak merasa sebagai jinak-jinak merpati, karena tidak pernah memberi angin. Bahwa bila ada acara, setiap Desi mau mengeluarkan uang, ternyata sudah ada yang membayari, itu soal lain.

Lain halnya bila Desi terolong jenis wanita matre, yang merayu agar ditraktir, itu bisa dibilang jinak-jinak merpati. Maka menurut saya, dalam kasus Desi ini, beberapa temannya yang bertindak jadi pembonceng, itu yang perlu disalahkan.

dok. steemit.com
dok. steemit.com
.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun