Raksasa pada judul di atas bukan nama bank, melainkan ukuran dari suatu bank jika dilihat dari jumlah asetnya. Harus diakui, meskipun sejarah bank syariah di Indonesia sudah dimulai sejak 1991, sudah hampir 30 tahun lalu, namun perkembangannya belum seperti yang diharapkan.
Hingga kini, belum satu pun dari 14 bank umum syariah yang beroperasi di tanah air, yang layak disebut sebagai bank raksasa, meskipun ukuran raksasa itu sendiri bersifat relatif.Â
Yang jelas, jika melihat bank konvensional, ada dua bank yang asetnya sudah melewati angka psikologis Rp 1.000 triliun, yang secara tak langsung dianggap sebagai batas minimal bank raksasa, yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri. Di samping itu, ada dua bank lagi yang asetnya mendekati angka psikologis tersebut, Bank Central Asia (BCA) dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Sedangkan di jajaran bank syariah, Bank Syariah Mandiri (BSM) tercatat sebagai bank syariah dengan aset terbesar, yakni sebesar Rp 114 triliun pada posisi akhir Maret 2020 lalu.
Memang ironis, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, tapi industri perbankan syariahnya masih tertinggal dari beberapa negara lain, bahkan dengan negara jiran Malaysia.
Saat ini share perbankan syariah dibanding total perbankan nasional, dari sisi aset, masih berkutat di angka 5 persen, sangat jauh dari potensi yang seharusnya bisa digali. Celakanya, pionir bank syariah, Bank Muamalat, malah didera sejumlah masalah, meskipun sudah beberapa kali mendapat suntikan modal dari investor strategis baru.
Masih beruntung perbankan syariah di negara kita terbantu oleh kinerja bank-bank syariah yang menjadi anak perusahaan dari bank-bank milik negara. Ada tiga bank syariah yang dimaksudkan, yakni BSM, Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS), dan Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS).
Sebetulnya masih ada satu lagi bank BUMN yang punya bisnis bank syariah, yakni Bank Tabungan Negara (BTN). Hanya BTN relatif tertinggal dari ketiga saudaranya itu, karena bisnis syariahnya belum di-spin off menjadi anak perusahaan, dalam arti masih menjadi unit usaha yang secara entitas masih menyatu dengan BTN.
Maka atas inisiatif Kementerian BUMN, sekarang sedang digodok penggabungan antar 3 bank syariah, BSM, BRIS dan BNIS. Ini bukan pekerjaan yang main-main dan sepertinya pihak kementerian secara serius menyiapkan segala sesuatunya, tanpa banyak publikasi. Sejauh ini informasi yang terungkap di media massa tidak begitu banyak, tapi ditargetkan proyek merger ini akan tuntas pada Februari 2021 (tirto.id, 9/7/2020).
Ini bukan pengalaman pertama bank-bank di lingkungan BUMN melakukan merger. Perlu dicatat, Bank Mandiri merupakan hasil penggabungan 4 bank BUMN, yakni Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Pembangunan Indonesia dan Bank Dagang Negara.
Keempat bank tersebut menderita kerugian yang besar saat krisis moneter 1998, sehingga direkomendasikan oleh International Monetery Fund (IMF) yang membantu Indonesia mengatasi krisis, untuk dilakukan penggabungan.Â