Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bagaimana Menilai Karakter Teman yang Mau Pinjam Uang?

10 Agustus 2020   08:00 Diperbarui: 10 Agustus 2020   08:14 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pxhere.com (dimuat fimela.com).

Pernah melihat meme tentang hubungan antara seorang peminjam uang dengan orang yang meminjamkan? Ketika si peminjam memohon untuk mendapatkan pinjaman, ia berlutut di depan orang yang diharapkannya akan memberinya pinjaman. Kemudian, terjadi gambar yang sebaliknya, orang yang meminjamkan berlutut memohon agar si peminjam mengembalikan uangnya.

Di bank pun kurang lebih sama, bank harus telaten menagih kepada para nasabahnya yang menerima kredit. Sebelum permohonan kredit disetujui pihak bank, calon peminjam akan gigih melengkapi semua persyaratan serta menjalin komunikasi yang intens dengan petugas perkreditan di bank tersebut. Intinya calon nasabah ini berusaha keras agar ia dinilai layak diberikan kredit.

Namun, begitu kredit tersebut dicairkan, mulai saat itulah pihak bank tereksposur yang dinamakan dengan risiko kredit dalam terminologi manajemen risiko bank. Maksudnya, bank punya risiko dalam hal nasabah tidak mampu melakukan pengembalian pokok kredit plus bunganya kepada pihak bank.

Sering ketidakpatuhan nasabah dalam mencicil atau melunasi utangnya ke bank, tidak berkaitan dengan kemampuan usahanya dalam menjalankan suatu bisnis. Namun lebih banyak karena faktor karakter dan niat baik dari si nasabah. Nasabah yang nakal, tidak jarang menghilang tanpa jejak, sedangkan asetnya yang diagunkan kepada pihak bank ternyata aset bodong. 

Makanya sangat tepat jika dalam prinsip "5C" dalam pemberian kredit di bank manapun, C yang pertama adalah character atau karakter calon nasabah. Baru sesudah itu diteliti C berikutnya, yakni capacity, capital, condition, dan collateral. Tahapan dalam 5C ini tidak bisa seenaknya, kalau karakter seseorang sudah tidak baik, tak ada gunanya menganalisis 4C lainnya, buang-buang waktu saja.

Masalahnya, sangat tidak gampang menilai karakter seseorang. Bahkan kalaupun memakai alat uji psikotes seperti saat seseorang ikut seleksi penerimaan staf baru di sebuah perusahaan atau instansi,  tetap tak ada jaminan karakternya betul-betul tidak tercela. Buktinya banyak pejabat yang terkena kasus korupsi, padahal saat ia direkrut, pasti sudah lolos psikotes.

Tak ada panduan baku dalam menilai karakter seseorang. Melakukan wawancara memang sedikit membantu, tapi belum cukup untuk menyimpulkan baik buruknya karakter seseorang. Makanya orang bank lazim melakukan crosscheck secara tersamar melalui berbagai dokumen dan memperoleh informasi dari  instansi atau orang lain yang sering berhubungan dengan calon nasabah yang mengajukan permohonan kredit.

Pertama, sudah standar baku pada perbankan nasional dengan mengecek pada data yang dikelola Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang disebut dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Pada data tersebut, mereka yang pernah menunggak pengembalian kredit di bank manapun akan masuk daftar hitam. 

Bila seseorang sudah masuk daftar hitam, alamat bank manapun tidak akan mau mengucurkan kredit, kecuali ia menyelasaikan semua kewajiban ke bank yang telah menghitamkan namanya.

Kedua, pihak bank akan memeriksa tanda bukti pembayaran listrik, telepon, air, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, atau tagihan lainnya atas nama si calon peminjam. Jika ditemukan pembayaran tagihan tersebut banyak yang dilakukan setelah melewati tanggal jatuh tempo sehingga terkena denda, atau malah ada tagihan yang masih belum dibayar, bisa jadi menggambarkan karakternya yang kurang baik.

Ketiga, pihak bank juga akan meneliti mutasi rekening simpanan si calon peminjam. Ini untuk melihat dari mana saja sumber penghasilannya dan pola pengeluarannya. Mereka yang bergaya hidup boros, besar pasak daripada tiang, merupakan cerminan karakter yang kurang baik.

Keempat, bertanya kepada orang yang sering berhubungan dengan si calon peminjam. Contohnya, apabila calon peminjam seorang pedagang, ditelusuri ke pemasok barang, ke pelanggannya, dan bisa juga ke anak buahnya. Bila selama ini mereka yang ditanya mengaku puas, tidak ada keluhan, bisa menjadi inikator dari karakter si calon peminjam yang tergolong baik.

Kelima, perlu pula diamati keharmonisan keluarganya. Seorang yang berkarakter baik akan tercermin pada keluarga yang harmonis, tidak diterpa isu-isu perselingkuhan. Mereka yang menjadi pengguna narkoba atau hobi berjudi, juga tidak akan harmonis keluarganya.

Nah, itu semua adalah standar prosedur di perbankan. Masalahnya adalah, bagaimana halnya dalam pinjam meminjam antar teman atau antar kerabat jauh (kalau kerabat dekat tentu karakternya sudah diketahui). Misalnya, seorang teman bermaksud meminjam uang anda, sedangkan anda sendiri masih belum terlalu mengenal karakternya secara lebih dalam.

Jika teman tersebut sudah teman yang sangat akrab, seharusnya anda sudah tahu dengan karakternya. Tapi kalau teman biasa-biasa saja, hanya karena satu ruangan kerja, satu kelompok pengajian, atau berdekatan tempat tinggal, sebaiknya perlu dipastikan dulu karakternya.

Pada dasarnya, pola kerja di bank dapat dipakai sebagai acuan, tapi tentu dengan beberapa penyederhanaan. Jelas anda tak mungkin masuk ke data SLIK untuk meneliti daftar hitam OJK. Meminta tagihan listrik atau buku tabungannya pun, sepertinya tidak etis.

Namun meminta informasi dari orang-orang yang lebih mengenal si teman yang mau meminjam uang ini, perlu anda lakukan. Bila ia terkenal suka berutang dan telat membayar, pasti akan tercium oleh orang-orang terdekatnya. Mencari informasi tentang gaya hidupnya serta keharmonisan keluarganya, juga perlu dilakukan.

Maka cara yang bijak, ketika si teman mau meminjam uang, jangan buru-buru bilang setuju. Sampaikan bahwa anda butuh waktu satu hari untuk memastikan bisa atau tidaknya, dengan alasan perlu berunding dulu dengan istri di rumah. Dalam waktu satu hari itu, anda sudah harus mendapatkan informasi yang diperlukan dan sekaligus mengambil keputusan. 

Jika karakternya baik, dan anda punya uang, ada baiknya dipinjamkan sebagai wujud saling membantu. Tapi jika anda ragu-ragu atau cenderung mengatakan karakternya kurang baik, sebaiknya tidak usah dipinjamkan. Kecuali memang anda sudah berniat mengikhlaskannya sebagai bantuan, bukan pinjaman.

O ya, ada yang tertinggal. Masih soal penilaian karakter seseorang, sekarang ada cara lain untuk melengkapi cara-cara di atas, yakni dengan mencari data di media sosial. Mereka yang berpola hidup sederhana atau yang besar pasak daripada tiang, sedikit banyak akan terwakili di akun media sosialnya.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun