Jumat (17/7/2020) siang kemarin, ketika jari-jari saya masih asyik mengetik draft tulisan di Kompasiana, tiba-tiba perhatian saya beralih ke tayangan di lacar kaca. Sebuah liputan tentang Danau Sentarum yang sangat indah, sungguh menarik perhatian saya, karena saya memang menyukai pemandangan dari pelosok manapun di tanah air kita yang selalu indah di mata saya.
Hanya sayangnya sudah hampir berakhir tayangan selama 30 menit itu, tidak juga sang pembawa acara menyebut secara lengkap di mana danau cantik itu berada. Namanya mirip Danau Sentani. Kalau Sentani memang saya sudah tahu, berada tak jauh dari kota Jayapura, dan bahkan alhamdulillah saya sudah dua kali mengunjunginya.
Akhirnya saya harus berterima kasih kepada Mbah Google, sebagai andalan saya untuk mencari informasi. Ternyata danau dimaksud berada di Kalimantan Barat, terletak di pedalaman yang membutuhkan waktu belasan jam untuk mencapainya dari ibu kota provinsi, Pontianak. Perjalanan ke sana harus melewati kawasan Sintang dan Putussibau.
Sebetulnya saya sudah beberapa kali ke Kalimantan Barat, seingat saya sudah tiga kali. Namun, saya baru sempat mengunjungi beberapa kota saja, yakni Pontianak, Mempawah, Singkawang, dan Sanggau. Kota Sanggau saya singgahi dua kali dalam rangka menuju kota Kuching di Sarawak, Malaysia Timur.
Wajar saya belum tahu di mana Danau Sentarum, karena saya belum berkesempatan mengeksplor wilayah pedalaman Kalimantan. Lagi pula teman-teman saya di Pontianak tidak pernah merekomendasikan untuk dikunjungi, mungkin mengingat beratnya medan yang harus ditempuh, kecuali bila naik pesawat kecil ke Putussibau dengan frekuensi penerbangan yang sangat terbatas.
Sebagai destinasi wisata yang baru dikembangkan, popularitas danau tersebut, terutama di telinga atau di mata masyarakat di luar Kalimantan, tentu jauh di bawah Danau Toba di Sumatera Utara, Danau Singkarak dan Maninjau di Sumatera Barat, Danau Batur di Bali, Danau Rinjani di Lombok, Danau Kelimutu di Flores, atau Danau Sentani di Papua.
Tapi ada juga danau yang kurang bergaung di luar daerahnya, mungkin karena letaknya yang jauh dari ibu kota provinsi, seperti Danau Laut Tawar  di Aceh, Danau Kerinci di Jambi, dan Danau Ranau di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan. Masih banyak yang lain yang terlalu panjang bila disebutkan satu persatu.
Oke, itu baru satu contoh. Contoh berikutnya saya temukan pada sebuah tulisan di Kompasiana. Saya sama sekali tidak bermaksud memberikan kritik kepada penulisnya, makanya tak perlu saya tulis namanya. Bahkan saya sebetulnya menghargai tulisan tersebut karena menambah pengetahuan ke-Indonesia-an saya.
Tulisan tersebut berupa liputan atas pantai yang indah di area Ali's Bar Pantai Lakey. Masalahnya, di alinea awal, tidak disebutkan di mana tepatnya kawasan ini berada. Ternyata setelah saya berselancar di dunia maya, bar di pinggir pantai tersebut terdapat di Nunggas Beach-Lakey, Desa Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Bagi yang belum tahu, Dompu terletak di bagian timur Pulau Sumbawa.
Kembali saya teliti tulisan di Kompasiana tersebut dari awal sampai akhir, dan tetap tidak menemukan penjelasan di mana Pantai Lakey itu berada. Sayang sekali, padahal foto-fotonya sangat indah, membuat saya pada awalnya dalam hati menebak mungkin salah satu pantai di Bali. Maklum di Bali banyak sekali kawasan pantai yang dikembangkan dengan kehadiran bar dan hotel baru.
Sungguh saya merasa beruntung bergabung di Kompasiana, karena banyak sekali terdapat tulisan dari berbagai daerah yang selama ini belum saya kenal. Itu karena kompasianer juga berasal dari segenap penjuru tanah air, dari Aceh hingga Papua.