Bahkan, di tempat para pelaku menjalani hukumannya seperti mereka yang lagi mendekam di lembaga pemasyarakatan, masih saja narkoba bisa disusupkan. Konon bisnis narkoba ini ada yang dikendalikan dari penjara.
Kemudian tentang penggunanya, ya seperti telah disinggung di atas, mulai dari warga ibu kota sampai yang tinggal pelosok desa. Dari orang kaya, termasuk pejabat dan artis, sampai warga kaum marjinal yang sebetulnya untuk makan sehari-hari saja sudah susah. Sehingga tak heran, demi mendapat barang terlarang itu, kelompok yang tidak berpunya terpaksa mencuri atau merampok terlebih dahulu.
Kita tahu, ada upaya keras dari Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran narkotika atau yang sejenis. Namun upaya itu tidak banyak membantu bila tidak didukung oleh masyarakat banyak.Â
Maksudnya, di semua rumah tangga, para orang tua harus mampu menanamkan pengertian kepada anak-anaknya tentang bahaya narkoba. Jika dari kecil sudah punya tekad unuk tidak menyentuh narkoba, nantinya dengan kesadaran sendiri, mereka tidak akan tergoda untuk mencicipi, meskipun sekadar coba-coba.
Masalahnya, jangan-jangan orang tua sendiri yang belum mampu memberi contoh pada anak-anaknya. Hanya diceramahkan tanpa dilaksanakan, akan percuma saja. Bukankah pasangan suami istri yang terlilit kasus di atas, sudah menjadi orang tua yang gagal?Â
Aktor Dwi Sasono lebih parah lagi, selain ia menjadi contoh yang tidak baik bagi anak-anaknya, karena seorang public figure, ia juga berpotensi ditiru para penggemarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H