Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kompaknya Ridwan Kamil-Anies Baswedan di Mata Bima Arya

9 Juni 2020   06:47 Diperbarui: 9 Juni 2020   07:38 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penanganan pencegahan pandemi Covid-19 bukan tugas ringan bagi banyak kepala daerah. Apalagi bagi seorang Wali Kota Bogor, Bima Arya, yang juga sempat sekian lama dirawat sebagai pasien yang terpapar virus yang mengancam seluruh dunia itu.

Jadi kalau Bima menceramahkan betapa pentingnya masyarakat mematuhi protokol kesehatan yang telah diatur pemerintah, akan lebih menggigit, karena ia telah mengalami sendiri bagaimana berjuang mendapatkan kesembuhan selama 22 hari di rumah sakit dan ditambah lagi selama dua mingu di rumah. Bagaimanapun, mencegah jauh lebih baik daripada mengobati.

Letak geografis Bogor juga menambah beban tersendiri bagi Bima. Secara administrasi pemerintahan, jelas-jelas Wali Kota Bogor harus patuh pada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Namun, agar efektif, justru Bima harus sering-sering berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Soalnya, banyak sekali warga Bogor yang hanya menumpang tidur di Bogor, tapi aktivitas sehari-harinya dilakukan di Jakarta. Sehingga dalam kaitannya dengan pandemi Covid-19, tidak mungkin kebijakan yang diterapkan di Bogor berbeda dengan yang di Jakarta.

Kondisi seperti itu juga dialami oleh Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Demikian pula untuk Provinsi Banten, pemerintah daerah di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang, juga perlu sinkronisasi dengan DKI Jakarta.

Nah menarik juga menyimak apa yang dilontarkan Bima Arya tentang hubungan Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, dan Anies, seperti yang diberitakan detik.com (6/6/2020). Bima mengapresiasi sikap realistis Emil yang menempatkan perspektif yang lebih luas. Emil meminta para kepala daerah yang berdekatan dengan Jakarta untuk berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Maka langkah yang diambil Bima, selalu dikordinasikan dengan dua gubernur, Emil dan Anies. Hasil koordinasinya dengan Anies, tentu  harus dilaporkan kepada Emil, dan sejauh ini Emil cukup bijak dengan tidak memberi instruksi yang tidak senada dengan hasil koordinasi tersebut. Padahal konon Ridwan dan Anies saling bersaing dalam meraih elektabilitas capres 2024 versi banyak lembaga survei.

Mungkin ada masalah yang tidak diungkapkan Bima atau tidak digali oleh para jurnalis. Bukankah ada kesan bahwa Anies sering mengambil sikap yang berbeda dengan pemerintah pusat? Bahkan ini tercium oleh pers asing seolah-olah pemerintah pusat lebih lamban, sedangkan pemerintah DKI Jakarta lebih lincah.

Hal ini menuntut Bima harus pintar memainkan peranannya. Jangan sampai dianggap mbalelo oleh pihak pusat, namun bersamaan dengan itu tetap dalam koridor kebijakan yang terpadu dengan yang digariskan Anies. Hal yang tidak gampang sebetulnya. 

Akan sangat tidak sedap dipandang, bila pers membingkai pemberitaannya seolah-olah Anies menghimpun kekuatan yang didukung oleh para kepala daerah di sekitar Jakarta. Kalau iu terjadi, bisa jadi tidak hanya pemerintah pusat yang gerah, tapi Ridwan Kamil juga akan merasa ditelikung oleh para wali kota dan bupati yang berada di bawah koordinasinya.

Tapi syukurlah itu tidak terjadi. Bahkan sebetulnya Jawa Barat relatif bagus dalam menangani pandemi Covid-19, meskipun sejarah mencatat, dua warga Depok merupakan awal kisah masuknya Covid-19 di negara kita. Bandingkan misalnya dengan Jawa Timur yang sekarang menjadi episentrum baru penularan Covid -19, sedangkan Jawa Barat mulai terkendali.

Buktinya ketika tulisan ini diketik, dari keterangan yang disampaikan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, Senin (8/6/2020) sore, dari 847 kasus baru Covid-19 selama 24 jam terakhir, di Jawa Barat hanya terdapat 20 kasus baru, jauh di bawah Jawa Timur dengan 365 kasus, Sulawesi Selatan (110 kasus), DKI Jakarta (89 kasus) dan masih ada 5 provinsi lagi di atas Jawa Barat.

Adapun jika dilihat dari total kasus secara akumulatif sampai Senin sore tersebut, meskipun Jawa Barat menduduki peringkat ketiga tertinggi setelah DKI Jakarta da Jawa Timur, namun angkanya cukup jomplang. Di Jakarta terkonfirmasi sebanyak 8.121 kasus, Jawa Timur 6.313 kasus, sedangkan Jawa Barat "hanya" 2.424 kasus.

Maka terlepas dari kepentingan politik yang oleh para pengamat dikait-kaitkan dengan pilpres 2024, kekompakan antara Ridwan Kamil dan Anies Baswedan berdasarkan testimoni dari Bima Arya, menjadi berita positif, bahwa koordinasi bukan hal sulit bila ego masing-masing pejabat bisa dikesampingkan.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun