Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di Jakarta, bukan berarti melarang sama sekali warganya untuk keluar rumah. Berbelanja untuk kebutuhan harian, tentu saja masih diperkenankan.
Hanya saja ada sejumlah syarat yang wajib dilakukan, antara lain harus memakai masker. Jika berangkat bersama anggota keluarga dan menggunakan kendaraan pribadi, duduknya harus berjarak antar penumpang.
Sebelum PSBB dilakukan, di akhir pekan, saya relatif sering mengunjungi beberapa mal yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah saya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Tapi mal yang terdekat dan sekaligus menjadi mal favorit saya adalah Mal Kota Kasablanka, yang lebih populer disebut dengan Kokas.
Tak heran kalau  Kokas selalu ramai, bahkan sekalipun di hari kerja. Padahal di sepanjang Jalan Kasablanka dan terusannya Jalan Satrio, ada beberapa mal lain yakni Kuningan City, Ambassador, dan Lotte Shopping Avenue.
Tentang belanja di pasar swalayan, yang saya tuju memang terkenal sebagai pasar swalayan paling murah di ibu kota, sehingga selalu ramai pelanggannya.Â
Namun selama PSBB pelanggan harus sabar karena diwajibkan mengambil nomor antrean terlebih dahulu dan menunggu di halaman pasar swalayan dengan duduk berjarak sekitar 1 meter antar pengunjung.
Ketika nomor yang saya pegang dipanggil petugas, saya dan istri harus dicek dulu suhu badan oleh petugas di depan pintu masuk dan tangan kami disemprot dengan cairan pembersih tangan. Â Meski memakan waktu, menurut kami inilah cara terbaik agar pengunjung aman berbelanja dalam arti bisa menghindar dari risiko terpapar Covid-19.
Selesai urusan di pasar swalayan, kami pun bergerak ke Pasar Induk Cipinang. Sebetulnya ini adalah pasar grosir beras yang pembelinya adalah para pedagang juga. Namun karena kami sudah punya toko langganan dan membeli untuk kebutuhan sekitar 2 hingga 3 bulan, kami lebih suka ke Cipinang tersebut.
Begitu saya melihat ada kendaraan lain yang masuk mal, saya tidak ragu lagi buat ikut masuk, ternyata Kokas tetap buka. Soalnya dari luar terlihat sangat sepi dan dari balik kaca di lantai dua dan lantai di atasnya, tidak terlihat semarak seperti sebelum adanya PSBB.