Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Melaju Bebas Hambatan Sepanjang Jalan Tol Jakarta-Cileunyi

10 April 2020   06:57 Diperbarui: 10 April 2020   07:24 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau saya tidak salah ingat, saat peresmian penggunaan jalan tol pertama di Indonesia, tepatnya di jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi yang disingkat dengan Jagorawi, 42 tahun lalu, istilah resmi yang digunakan untuk jalan tol adalah jalan bebas hambatan.

Namun karena dinilai lebih praktis, akhirnya sampai sekarang istilah jalan tol sudah sangat akrab di telinga kita. Bahkan mungkin tidak banyak yang tahu bila ditanya apa itu jalan bebas hambatan.

Masalahnya, meskipun namanya jalan tol, tetap saja pada hari atau jam tertentu mengalami kemacetan juga, seperti yang terlihat di jalan tol dalam kota Jakarta dan di jalan tol Jakarta-Cikampek, sebelum berlakunya ketentuan physical distancing. Jadi, kalau mau dipakai istilah bebas hambatan, terasa kurang tepat.

Kebetulan anak gadis bungsu saya sejak 2017 kuliah di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Makanya saya relatif sering menempuh jalan tol dari Jakarta sampai keluar di kilometer 154, ujung dari jalan tol Cileunyi, dan sebaliknya. Dari pintu keluar tol Cileunyi ke tempat kos anak saya masih sekitar 5 km lagi.

Saya sudah kenyang terjebak macet parah di jalur tersebut. Biasanya sejak dari km 10 di daerah Bekasi sampai km 50 di daerah Karawang adalah yang paling menyebalkan, lumayan sering kendaraan tidak bergerak sama sekali. 

Alhasil, dari Jakarta ke Jatinangor atau sebaliknya, beberapa kali saya tempuh selama sekitar 6 hingga 7 jam, terutama ketika proses pengerjaan proyek jalan tol layang yang disebut juga sebagai jalan tol Jakarta-Cikampek II pada tahun 2018-2019, tengah dikebut. 

Sejak Desember 2019 dengan rampungnya pembangunan jalan tol layang di jalur Bekasi-Karawang tersebut, memang lumayan membantu. Tapi tetap saja di jam tertentu pada hari kerja atau sepanjang hari libur, tidak bisa melaju bebas hambatan. 

Di atas jalan tol layang pun, karena hampir semua kendaraan pribadi memanfaatkannya karena takut terganggu banyaknya truk yang berlari lamban di jalur bawah, akhirnya juga terjadi penumpukan kendaraan.

Seandainya tidak ada hambatan sepanjang jalan tol, perjalanan tetap tidak bisa disebut sebagai mulus 100 persen. Soalnya bagi yang keluar tol di Bandung, atau seperti yang sering saya alami saat keluar tol di Cileunyi, harus bersabar menunggu antrean yang panjang. Dari sekian banyak pintu keluar tol, antrean terparah adalah di Pasteur Bandung dan di Cikarang sebelum ada tol layang.

Tapi pengalaman saya hari Kamis (9/4/2020) betul-betul berbeda. Baru sekarang saya bisa merasakan yang namanya bebas hambatan dalam arti sesungguhnya. 

Saya hanya butuh waktu sekitar 2 jam saja menjajal tol Jakarta-Cileunyi. Waktu tempuh yang sama juga saya rasakan ketika pulangnya dari Jatinangor ke Jakarta.

Itupun sekiranya saya berani menambah laju kecepatan kendaraan menjadi stabil di rata-rata 100 km per jam, tentu waktu tempuhnya akan lebih singkat. Kemarin saya hanya memacu kendaraan rata-rata 80 km per jam.

Kenapa saya harus ke Jatinangor sehingga terkesan melanggar imbauan pemerintah agar semua orang berdiam di rumah saja? Ceritanya, karena kecemasan saya seandainya mulai Jumat (10/4/2020) ini dengan diterapkannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, akan menyulitkan anak saya bila dijemput pada hari Sabtu (11/4/2020) besok, sesuai permintaannya.

Padahal si anak merasa nyaman mengukiti kuliah dari rumah dari tempat kosnya. Alasannya dari sekitar 20 kamar kos di sebuah gedung 4 lantai tidak jauh dari kampusnya, tinggal anak saya sendiri yang masih bertahan di sana. 

Penghuni kos lainnya sudah kembali ke rumah orang tua masing-masing di berbagai kota. Dengan sepinya penghuni kos, kata anak saya, ia bisa mengikuti kuliah online dengan lancar memanfaatkan wifi yang disediakan pemilik rumah.

Tapi saya malah yang ketakutan, kok ia berani-beraninya tinggal sendiri. Akhirnya dengan alasan PSBB itu tadi, saya berhasil membujuk anak saya agar kembali saja ke Jakarta.

Hanya saja pada awalnya saya sempat deg-degan juga, apakah nanti saat keluar tol Cileunyi, akan ada pemeriksaan oleh aparat setempat. Mungkin akan diinterogasi karena mobil saya bernomor kendaraan dari Jakarta yang dianggap daerah "merah" dalam kaitannya dengan wabah virus corona.

Namun saya yakin, kalaupun diperiksa, hanya sekadar dicek suhu tubuh. Sekiranya normal, pasti dibolehkan menjemput anak sendiri. Akhirnya dengan mantap saya pun berhasil menikmati "kemewahan" berupa sangat sepinya jalan tol.

Bahkan saat saya berhenti sebentar di rest area km 88, saya menemukan toilet dalam keadaan kosong melompong. Tapi saya juga sedih melihat gerai makanan yang sama sekali tidak ada pembelinya. Ya apa boleh buat, inilah masa paling kelam buat para pedagang di rest area.

Alhamdulillah, tak ada pemeriksaan yang saya temui saat keluar pintu tol Cileunyi. Bahkan ketika masuk jalan kecil menuju tempat kos sang anak, portal lagi terbuka, menurut anak saya hanya ditutup kalau malam.

Tak mau membuang waktu, karena anak saya sudah siap dengan barang-barangnya, kami pun segera cabut ke Jakarta. Betul-betul tak saya duga, meninggalkan rumah di Tebet, Jakarta Selatan jam 8.15, jam 12.45 saya sudah sampai lagi di rumah. 

Bayangan saya harus makan siang dan salat zuhur di rest area tidak lagi diperlukan. Dalam hati saya berkata, ini baru namanya bebas hambatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun