Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Social Distancing Tanpa Kedisiplinan Masyarakat, Tunggu Skenario Terburuk

22 Maret 2020   12:48 Diperbarui: 22 Maret 2020   13:10 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Sabtu pagi (21/3/2020) kemarin, jadwal rutin saya untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam yang juga guru besar di FKUI. Nama dokternya Irsan Hasan yang praktik di beberapa rumah sakit, namun saya adalah pasiennya di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur.

Empat atau lima bulan sekali saya menemui dokter tersebut sejak lima tahun terakhir. Saya menjadi langganannya berkat rekomendasi adik saya yang seorang internist di Pekanbaru dan pernah dibimbing dr. Irsan Hasan sewaktu adik saya mengikuti program subspesialis di FKUI.

Ternyata betul kata adik saya, Irsan sangat informatif dalam menangani setiap pasiennya. Banyak hal yang dijelaskannya pada pasien, baik karena menjawab pertanyaan pasien, maupun karena inisiatifnya sendiri.

Awalnya saya sudah ragu untuk ke rumah sakit mengingat anjuran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar semua warganya melaksanakan social distancing.  Tapi mengingat saya sudah mendaftar dua minggu sebelumnya dan tidak gampang untuk mendaftar ulang, saya tetap ke rumah sakit dengan segala kehati-hatian.

Saya menduga rumah sakit akan sepi, tapi ternyata tidak, karena memang banyak orang kantoran yang berkonsultasi ke dokter pada hari Sabtu. Justru terjadi penumpukan di gerbang masuk karena diukur dulu suhu tubuhnya oleh seorang petugas, dicatat KTP dan nomor telpon genggamnya.

Bagi mereka yang bermaksud untuk bezuk keluarga atau temannya, tidak diperkenankan untuk masuk. Hanya pengunjung yang akan berobat saja yang dilayani. 

Saya juga kaget melihat dua tenda hijau mirip tenda tentara terpasang di halaman depan. Rupanya bagi mereka yang saat diukur suhu tubuhnya di atas normal dan memperlihatkan gejala batuk pilek dan sesak nafas, akan dilayani di tenda itu, tanpa bercampur dengan pasien lain.

Begitu saya dipanggil untuk masuk ke ruang dokter oleh suster yang bertugas, saya langsung ditegur ramah oleh dr. Irsan. Beliau rupanya ingat saya sering menulis di Kompasiana, dan langsung bertanya apakah saya telah menulis tentang virus corona atau covid 19.

Dengan jujur saya menjawab hanya menulis soal yang lagi menghantui masyarakat sekarang ini dari sisi dampak sosialnya saja. Soalnya saya tidak punya pemahaman yang memadai tentang aspek medisnya.

Ya, justru memang aspek sosialnya itu yang penting, kata sang dokter. Makanya ia banyak mengungkapkan kekhawatiran tentang perilaku masyarakat yang tidak disiplin. Belajar dari rumah atau bekerja dari rumah, ternyata masih dimanfaatkan banyak warga untuk keluyuran.

Menurut dr. Irsan, bila masyarakat masih banyak yang beraktivitas di luar rumah, tunggu saja, skenario terburuk dengan puluhan ribu orang akan terpapar virus corona dalam waktu dekat ini, akan terjadi.

Yang jadi masalah bukan lagi penanganannya secara medis, meskipun ini juga tidak gampang menyangkut kapasitas rumah sakit, tenaga medis, peralatan dan obat-obatan.

Namun justru aspek ekonomi dan sosialnya yang tak mampu kita bayangkan, kata dr. Irsan. Ketersediaan bahan pangan, kenaikan harga bahan pokok, bisa berujung pada situasi yang chaos.

Jelas bila itu terjadi akan sangat berbahaya dan sangat mungkin merembet ke persoalan politik. Makanya potensi terjadinya hal yang sama-sama tidak kita inginkan itu, harus dicegah dengan cara semua kita betul-betul disipin untuk stay at home selama 2 minggu atau lebih lama lagi.

Jika terpaksa masuk kantor, harus disiplin menjaga jarak sekitar 1 sampai 2 meter dengan orang lain, termasuk dalam antrean. Begitu pula jika harus makan di restoran, posisi duduk dengan pengunjung lain harus saling berjauhan.

Saya sempat bertanya kepada dr. Irsan, apakah sebaiknya semua orang menggunakan masker? Soalnya Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berkali-kali mengatakan bahwa masker hanya untuk orang yang sakit.

Memang sampai sekarang penularan covid 19 melalui udara masih menjadi perdebatan para peneliti. Tapi sebaiknya begitu berada di keramaian, semua warga menggunakan masker, kata dr. Irsan. 

"Saya sendiri awalnya tidak nyaman menggunakan masker, tapi sekarang selalu saya pakai," kata sang dokter. Namun saya melihat beberapa pasien di ruang tunggu tidak menggunakan masker, dan sengaja saya duduk agak jauh dari pasien seperti itu. 

Di samping memberikan obat yang rutin saya dapatkan, dr. Irsan juga meresepkan obat berupa suplemen makanan yang berfungsi memperkuat daya tahan tubuh.

Demikian pengalaman saya saat konsultasi ke dokter kemarin, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun