Yang jadi masalah bukan lagi penanganannya secara medis, meskipun ini juga tidak gampang menyangkut kapasitas rumah sakit, tenaga medis, peralatan dan obat-obatan.
Namun justru aspek ekonomi dan sosialnya yang tak mampu kita bayangkan, kata dr. Irsan. Ketersediaan bahan pangan, kenaikan harga bahan pokok, bisa berujung pada situasi yang chaos.
Jelas bila itu terjadi akan sangat berbahaya dan sangat mungkin merembet ke persoalan politik. Makanya potensi terjadinya hal yang sama-sama tidak kita inginkan itu, harus dicegah dengan cara semua kita betul-betul disipin untuk stay at home selama 2 minggu atau lebih lama lagi.
Jika terpaksa masuk kantor, harus disiplin menjaga jarak sekitar 1 sampai 2 meter dengan orang lain, termasuk dalam antrean. Begitu pula jika harus makan di restoran, posisi duduk dengan pengunjung lain harus saling berjauhan.
Saya sempat bertanya kepada dr. Irsan, apakah sebaiknya semua orang menggunakan masker? Soalnya Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berkali-kali mengatakan bahwa masker hanya untuk orang yang sakit.
Memang sampai sekarang penularan covid 19 melalui udara masih menjadi perdebatan para peneliti. Tapi sebaiknya begitu berada di keramaian, semua warga menggunakan masker, kata dr. Irsan.Â
"Saya sendiri awalnya tidak nyaman menggunakan masker, tapi sekarang selalu saya pakai," kata sang dokter. Namun saya melihat beberapa pasien di ruang tunggu tidak menggunakan masker, dan sengaja saya duduk agak jauh dari pasien seperti itu.Â
Di samping memberikan obat yang rutin saya dapatkan, dr. Irsan juga meresepkan obat berupa suplemen makanan yang berfungsi memperkuat daya tahan tubuh.
Demikian pengalaman saya saat konsultasi ke dokter kemarin, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H