Lembah Harau adalah salah satu obyek wisata unggulan di Sumatera Barat, yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, sekitar 130 km di utara kota Padang.Â
Kalau saja bukan karena lagi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), bisa dipastikan selama libur lebaran kemarin, Lembah Harau akan diserbu pengunjung. Tidak hanya warga lokal, tapi terutama warga dari luar daerah, termasuk para perantau Minang yang pulang kampung.
Seperti pada lebaran tahun 2018 lalu, saya dan keluarga kebetulan lagi berlebaran di kampung halaman, di Payakumbuh, kota terdekat dari Lembah Harau. Pada hari lebaran ketiga, sekitar jam dua siang, saya berniat bewisata ke sana. Tapi akhirnya saya mengurungkan niat setelah melihat kemacetan parah, meskipun itu masih 7 hingga 8 km lagi dari gerbang masuk.
Sangat jauh berbeda dibandingkan puluhan tahun lalu, saat orang tua saya mengajak kami anak-anaknya berwisata ke sana. Hanya ada air terjun yang lumayan curam dan bukit berupa tebing vertikal yang besar dan memanjang.Â
Hanya sekadar main di di kolam penampung air terjun, lalu menggelar tikar di sekitar kolam agar bisa makan nasi yang dibawa dari rumah, selesai sudah. Tak ada lagi yang bisa dinikmati. Pemandangan alamnya memang dahsyat. Tapi bukankah dipandang selama beperapa menit, sudah cukup?
Namun sekarang area wisata Lembah Harau semakin komplit fasilitasnya, sehingga boleh dikatakan sejajar dengan beberapa obyek wisata tematik yang ada di kawasan Lembang, dekat Bandung, atau kawasan Batu, dekat kota Malang.Â
Soalnya, semakin banyak bangunan dan taman yang cantik, yang masing-masing punya tema tertentu. Tentu saja hal ini sangat diburu oleh mereka yang ingin berfoto untuk dipajang di media sosial.
Sayangnya, bagi pengguna kendaraan pribadi, terlalu banyak disetop setiap berpindah ke area dengan fasilitas wisata yang mungkin dikelola oleh pihak yang berbeda. Sehingga kalau pengunjung berkeliling ke banyak obyek, akan terkena pungutan beberapa kali, baik untuk biaya parkir (meskipun numpang lewat), dan biaya menikmati fasilitas yang sebetulnya hanya untuk berfoto-foto itu tadi.
Kalau dibandingkan dengan yang ada di Jawa Barat, boleh dibilang Kampung Eropa di Lembah Harau meniru konsep obyek wisata yang sama di Lembang. Sehingga bagi mereka yang pernah ke Lembang, melihat Kampung Eropa di Harau terlihat biasa saja, tapi menjadi dahsyat dengan pemandangan tebing vertikal di kejauhan.Â
Tapi untuk Sumbar, Lembah Harau menjadi yang pertama menghadirkan obyek wisata tematik. Selain tema Eropa, yang sudah ada sebelumnya adalah bertema tradisional Minang, dengan dibangunnya rumah bagonjong, rumah tradisional yang besar.
Di lantai bawahnya menjadi tempat menginap yang terbagi dalam banyak kamar, dan lantai atas sebagai ruang pertemuan dengan daya tampung ratusan orang.
Ada satu area tematik lagi yang sedang digarap, waktu saya ke sana belum mulai beroperasi, yakni bertema Jepang. Selain itu masih terdapat sejumlah wahana permainan, termasuk bagi yang ingin menikmati naik perahu berkeliling sungai buatan yang tertata rapi. Banyak pula tempat makan atau sekadar warung kopi dan makanan kecil.
Kepopuleran Lembah Harau akhir-akhir ini memang sangat didukung oleh seringnya diliput oleh stasiun televisi nasional. Sering pula para artis terkenal yang mengunggah foto mereka saat lagi berlibur di Harau di media sosial.Â
Jadi bila seseorang mau mencari informasi tentang Lembah Harau melalui media daring, akan bermunculan foto-foto yang menawan, membuat yang belum pernah ke sana akan memasang target untuk segera berkunjung. Tentu setelah PSBB dicabut.
Pada event lomba balap sepeda bertaraf internasional, Tour de Singkarak, November 2019 lalu, salah satu etapenya mengambil lokasi start di Lembah Harau. Tak heran kalau nama Lembah Harau mulai dikenal dunia dan berhasil menarik kedatangan sejumlah turis asing.
O ya, Lembah Harau juga menjadi tempat favorit untuk melakukan acara reuni alumni sekolah tertentu yang lagi marak sejak beberapa tahun terakhir ini, seiring dengan semakin mudahnya mengumpulkan teman-teman lama melalui media sosial.
Kalau perlu tiket masuk beberapa zona pun dipungut sekaligus. Di tiket tersebut sudah ada bagian yang gampang disobek bertuliskan zona wisata atau fasilitas yang sudah termasuk dalam harga tiket. Contohnya, begitu masuk Kampung Eropa, petugas di gerbang masuk hanya perlu menyobek sebagian tiket yang bertuliskan Kampung Eropa.Â
Semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu dan pengunjung Lembah Harau kembali ramai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H