Kota Payakumbuh yang terletak 125 km di utara kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), selama ini belum mempunyai obyek wisata unggulan. Memang ada dua obyek yang menjadi ikon wisata Sumbar yang dekat dari Payakumbuh, yakni Lembah Harau dan Jembatan Kelok Sembilan.
Tapi kedua obyek yang selalu dipenuhi wisatawan pada hari libur itu terletak di Kabupaten Limapuluh Kota. Sebelum Payakumbuh mendapat predikat kotamadya pada tahun 1972, Payakumbuh merupakan ibu kota Kabupaten Limapuluh Kota. Setelah itu tentu saja sudah terpisah pengurusannya, termasuk dalam menangani obyek wisata.
Namun bukan berarti Payakumbuh jadi sepi dari para pengunjung dari luar kota. Letaknya yang strategis di pertengahan antara dua ibu kota provinsi, Padang dan Pekanbaru (ibu kota Riau), menjadikan kota ini sebagai kota persinggahan.
Wisata kuliner di malam hari menjadi daya pikat utama Payakumbuh. Kota yang berhawa sedang ini, tidak panas dan juga tidak dingin, punya banyak sekali rumah makan, restoran dan kafe bergaya kekinian yang dipenuhi pelanggannya sampai jauh malam. Sebagian kafe menyediakan musik hidup sebagai hiburan.
Sekarang, selain kuliner, Payakumbuh sudah punya obyek wisata baru yang termasuk spektakuler buat ukuran Sumbar. Obyek tersebut berupa penataan kawasan di kedua sisi sungai Batang Agam yang sepanjang 11 km melewati daerah kota Payakumbuh.
Saat ini proyek ini belum betul-betul rampung, namun sudah ramai didatangi warga kota yang ingin menikmati taman, bermain  skateboard, sekadar lari-lari kecil di jogging track-nya, atau bercengkerama sesama temannya di bangku taman.
Ada yang menarik tentang bagaimana pemerintah daerah setempat mewujudkan proyek prestisius ini yang diperkirakan memakan anggaran yang tidak sedikit.
Kenapa dari PUPR dan bukan dari kementerian yang membidangi pariwisata? Karena judul proyeknya dalam proposal adalah proyek pengendalian banjir dan normalisasi arus sungai.