Makanya kegiatan menginformasikan aktivitas kita sehari-hari menjadi hal yang sama pentingnya, bahkan mungkin lebih penting dari kegiatannya itu sendiri.
Betapa sayangnya kalau kita membesuk teman yang sakit atau melayat sahabat yang meninggal dunia, tidak di-posting di media sosial. Bahwa yang sakit mungkin tidak suka wajah kuyunya terpampang, itu soal lain.
Melihat orang sakit pun jadi sama bahagianya dengan saat si sulung diwisuda di perguruan tinggi ternama, sama-sama wajib hukumnya di-share dengan para sahabat.
Apalagi kalau beribadah, tentu ini "super wajib" hukumnya untuk disebarkan. Jadi biar orang lain tahu bahwa kita lagi berpuasa Senin-Kamis, begitu jam 4 sore kirimkan foto makanan dengan keterangan: menu buka puasa hari ini.Â
Agar orang lain tahu kita habis membagi makanan buat anak yatim yang ada di panti asuhan tertentu, atau kalau lagi bulan puasa melakukan "sahur on the road", selayaknyalah menghiasi akun media sosial kita.
Jangan heran foto-foto seseorang atau sekelompok jamaah yang lagi menunaikan ibadah umroh bisa bertubi-tubi masuk ke gadget teman-teman satu grupnya di media sosial.Â
Tidak perlu dipedulikan bahwa puluhan foto itu akan memakan memori yang besar. Biar saja masing-masing orang akan menghapus foto-foto itu. Yang penting dunia tahu kalau kita lagi umroh.
Akhirnya kalah dipikir-pikir, kata Pak Ustad bahwa tugas setan sekarang lebih ringan, cukup beralasan. Tanpa dibisiki setan pun, tangan kita sudah gatal untuk memamerkan ibadah yang baru kita lakukan.Â
Atau jangan-jangan setan zaman sekarang itu menyelusup dalam berbagai aplikasi yang ada di gadget. Pantas saja seperti ada yang membisiki dari layarnya, "jadi orang baik itu penting, tapi lebih penting kebaikan itu diketahui orang lain".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI