Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Presiden Jokowi Tidak Hadir di Pesantren Lirboyo

21 Februari 2020   00:07 Diperbarui: 21 Februari 2020   00:06 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian, kembali ke berita Pramono Anung, apakah ia bercanda atau tidak, sebetulnya tidak terlalu mengagetkan publik. Hanya saja, bagi pihak yang ingin mencari bahan untuk menyampaikan kritik terhadap pemerintah,  hal ini jelas merupakan amunisi baru.

Terlepas dari pernyataan Pramono itu, diakui atau tidak, dalam meraih atau melanggengkan jabatan di negara kita, baik di level pusat maupun daerah, hal-hal yang berbau mitos, terkadang ikut menjadi pertimbangan. 

Lihat saja menjelang pilkada, akan banyak para calon yang minta  advis dari "orang pintar". Langkahnya pun dihitung, kapan sebaiknya melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kalau perlu harus pula melakukan ritual tertentu.

Ada pula pejabat yang di ruang kerjanya ditaruh benda tertentu yang konon punya kekuatan. Cincin atau asesoris lainnya yang punya khasiat khusus, lazim pula dipakai oleh pejabat.

Atau yang lebih religius akan minta restu pada ulama sepuh yang kharismatik. Ada juga yang berziarah ke makam ulama besar. Alasan religius ini, apakah termasuk mitos atau tidak, terpulang pada keyakinan masing-masing.

Tapi hal-hal seperti itu biasanya hanya muncul dalam pembicaraan terbatas dan bukan untuk konsumsi publik. Artinya yang disampaikan para calon bupati, wali kota, atau gubernur ke jurnalis, lebih terfokus pada program dan janji kampanye yang ditawarkan.

Sastrawan dan wartawan terkenal, Mochtar Lubis, pernah menulis buku yang berjudul "Manusia Indonesia".  Buku ini berasal dari pidato kebudayaan yang disampaikan Mochtar di Tamah Ismail Marzuki (TIM) Jakarta tahun 1977.

Salah satu ciri manusia Indonesia menurut buku yang sering mengalami cetak ulang itu adalah percaya pada tahayul. Silakan para pembaca menilai apakah yang ditulis Mochtar Lubis lebih dari 40 tahun lalu itu, masih ditemukan sekarang?

Kalau memang masih ditemukan, apakah kepercayaan bila seseorang mendatangi suatu tempat, akan membawa keberuntungan atau kesialan, merupakan salah satu contohnya?

Dok. liputan6.com
Dok. liputan6.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun