Namun demikian, kembali ke berita Pramono Anung, apakah ia bercanda atau tidak, sebetulnya tidak terlalu mengagetkan publik. Hanya saja, bagi pihak yang ingin mencari bahan untuk menyampaikan kritik terhadap pemerintah, hal ini jelas merupakan amunisi baru.
Terlepas dari pernyataan Pramono itu, diakui atau tidak, dalam meraih atau melanggengkan jabatan di negara kita, baik di level pusat maupun daerah, hal-hal yang berbau mitos, terkadang ikut menjadi pertimbangan.Â
Lihat saja menjelang pilkada, akan banyak para calon yang minta  advis dari "orang pintar". Langkahnya pun dihitung, kapan sebaiknya melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kalau perlu harus pula melakukan ritual tertentu.
Ada pula pejabat yang di ruang kerjanya ditaruh benda tertentu yang konon punya kekuatan. Cincin atau asesoris lainnya yang punya khasiat khusus, lazim pula dipakai oleh pejabat.
Atau yang lebih religius akan minta restu pada ulama sepuh yang kharismatik. Ada juga yang berziarah ke makam ulama besar. Alasan religius ini, apakah termasuk mitos atau tidak, terpulang pada keyakinan masing-masing.
Tapi hal-hal seperti itu biasanya hanya muncul dalam pembicaraan terbatas dan bukan untuk konsumsi publik. Artinya yang disampaikan para calon bupati, wali kota, atau gubernur ke jurnalis, lebih terfokus pada program dan janji kampanye yang ditawarkan.
Sastrawan dan wartawan terkenal, Mochtar Lubis, pernah menulis buku yang berjudul "Manusia Indonesia". Buku ini berasal dari pidato kebudayaan yang disampaikan Mochtar di Tamah Ismail Marzuki (TIM) Jakarta tahun 1977.
Salah satu ciri manusia Indonesia menurut buku yang sering mengalami cetak ulang itu adalah percaya pada tahayul. Silakan para pembaca menilai apakah yang ditulis Mochtar Lubis lebih dari 40 tahun lalu itu, masih ditemukan sekarang?
Kalau memang masih ditemukan, apakah kepercayaan bila seseorang mendatangi suatu tempat, akan membawa keberuntungan atau kesialan, merupakan salah satu contohnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H