Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Setelah Perkawinan Perak, Masih Adakah Getar Asmara?

14 Februari 2020   00:07 Diperbarui: 14 Februari 2020   08:59 3034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalahnya apakah juga sang istri memang menyambut kedatangan suami dengan senyum merekah, sapaan sayang, dan bahasa tubuh yang menunjukkan kemesraan? Apakah karena setiap hari bertemu selama puluhan tahun, rasa rindu itu tidak lagi bersemayam di dada?

Dari cerita saling bertukar pengalaman dengan teman-teman se usia, baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, rata-rata mereka mengatakan bahwa ungkapan kasih sayang yang mereka lakukan dengan pasangannya sudah bersifat biasa-biasa saja.

Namun semuanya mengaku bersyukur dalam arti punya pasangan yang setia, punya anak-anak yang juga baik-baik saja, punya kehidupan sehari-hari yang tenang tanpa konflik rumah tangga yang tajam.

Hanya saja semua berlangsung secara datar, hanya menjalani rutinitas. Bukannya tidak ada lagi rasa sayang, tapi lebih seperti sayang ke saudara saja, kata seorang teman saya. 

Ketika pasangan ada di sisi kita, rasanya biasa saja, tidak ada kata-kata mesra yang terucapkan. Namun begitu pasangan itu terpisah, karena salah satunya pergi ke tempat lain selama beberapa hari, baru terasa bahwa mereka saling membutuhkan.

Tapi bukan berarti stok kata-kata mesra sudah hilang dalam kamus pasutri yang telah melewati perkawinan perak. Pernah dengar anekdot seorang kakek yang selalu memanggil istrinya yang tentu sudah jadi nenek, dengan "sayangku", "honey", atau panggilan lain yang senada? Ternyata bukan karena mesra tapi karena si kakek sudah lupa nama istrinya, hehe. 

Ceritanya jadi lain, bila lagi kesengsem dengan orang ketiga. Ada teman kantor saya yang memanggil "sayang" pada karyawati tertentu yang memang mendapat perhatian khusus dari si teman. Tidak tahu apakah mereka berpacaran atau sekadar saling memanggil sayang saja. 

Mungkin teman itu lagi mengalami puber kedua, atau siapa tahu malah sudah puber ketiga. Ini suatu bukti bahwa orang tua masih punya getar-getar asmara. Namun kenapa kalau buat istri atau suami sendiri, getaran asmaranya lemah?

Saya mengira semua pasutri sejak awal mengikat hubungan dalam jalinan pernikahan, telah mengetahui bahwa mempertahankan kemesraan sampai kapanpun, menjadi modal yang penting untuk membangun rumah tangga yang harmonis.

Tapi begitulah, sangat hangat dalam beberapa tahun pertama, kemudian berangsur-angsur semakin dingin. Maksudnya dingin bukan dalam arti ada perang dingin, namun terjebak di rutinitas kesibukan sehari-hari.

Akhirnya pasangan kita pun sudah tidak terlihat istimewa lagi, bahkan ada yang lupa, dulu kenapa mereka bisa saling jatuh cinta. Namun jangan heran banyak pasutri yang berbakat bermain seni peran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun