Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sanggup Hidup Tanpa Ponsel? Andrea Hirata Tahan 4 Tahun

8 Maret 2020   00:07 Diperbarui: 8 Maret 2020   00:15 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andrea Hirata (kompas.com)

Sungguh tidak terbayang betapa tidak nyamannya seseorang yang keluar rumah tapi kelupaan membawa ponsel. Rasanya lebih gawat ketimbang ketinggalan dompet.

Dari bangun tidur hingga tidur lagi, benda seukuran telapak tangan itu telah menyandera kita. Tiap sebentar dibuka, saat di rumah, di perjalanan ke tempat kerja, saat rapat di kantor, mendengar ceramah di masjid, saat menonton di bioskop, saat makan bareng teman-teman, saat di toilet, sampai saat berkumpul berasama anak istri di rumah, masing-masing sibuk dengan ponselnya.

Boleh saja seseorang membuat daftar apa yang akan dilakukannya sepanjang hari ini. Tapi sering daftar itu jadi berantakan karena rencananya mau membuka ponsel sebentar saja, malah jadi lama. Tentu saja waktu untuk hal lain jadi berkurang.

Sedangkan ibu-ibu yang di rumah sering menunda mengerjakan pekerjaan rumah tangga karena asyik nonton video dari ponselnya. Atau bermain posel sambil memasak, tahu-tahu tercium bau gosong karena masakannya hangus.

Memang belum begitu jelas apakah sejak semua orang punya ponsel sudah terbukti menurunkan produktivitas kerja atau malah meningkatkan produktivitas seperti yang terjadi pada perusahaan yang berbisnis secara online.

Yang jelas banyak pejabat kalau lagi memimpin rapat di kantor, marah-marah ke anak buahnya yang terlihat membuka ponsel. Tapi saat khotbah di masjid, khatib tak bisa memarahi jamaah yang membuka ponsel.

Maka terlepas dari banyaknya manfaat ponsel, antara lain sebagai sarana untuk mendapatkan berbagai informasi, juga untuk bertransaksi, tanpa disadari ponsel juga lumayan mengganggu, bahkan bisa merusak konsentrasi. 

Lebih parah lagi menggunakan ponsel dalam waktu lama tanpa jeda, bisa mengundang penyakit. Tidak saja untuk kesehatan mata dan jari tangan, pada akhirnya berdampak negatif pada kesehatan mental. Para pencandu game sudah banyak jadi korban.

Dapat dimengerti bila seorang Andrea Hirata mengambil langkah ekstrim, tidak memegang ponsel selama bertahun-tahun. Namun ini anggap saja sebagai sebuah pengecualian yang sulit untuk diikuti orang lain.

Sebetulnya sepanjang kita bisa disiplin dengan membatasi maksimal waktu penggunaan ponsel setiap harinya, oke-oke saja. Masalahnya, bila kecanduan menggunakan ponsel telah merasuki kita, sungguh sangat sulit untuk bertindak disiplin. 

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun