Mengamati negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang saat ini tengah bertikai dengan Iran, telah menimbulkan spekulasi, akankah pertikaian tersebut menjadi pemicu munculnya Perang Dunia Ketiga?
Percaya atau tidak, ada video dari seorang pria yang mengaku penjelajah waktu (time traveller) yang dibuat tahun 2018 dan mengatakan akan terjadi Perang Dunia Ketiga pada tahun 2020.
Video itu menjadi viral di awal tahun ini, sesaat setelah AS menyerang Irak menggunakan pesawat tanpa awak. Serangan itu menewaskan seorang jenderal asal Iran, Qassem Soleimani, yang merupakan Komandan Brigade Al-Quds Garda Revolusi Iran. Warganet pun khawatir kalau ini yang akan menjadi awal dari perang dunia.
Meskipun kita berdoa agar tidak terjadi, tapi sekadar berandai-andai saja, akan seperti apakah perang dunia di zaman sekarang ini? Tentu sangat sukar dibayangkan. Bisa jadi seperti gambaran hari kiamat yang sering diceramahkan para ulama atau pemuka agama lainnya.
Betapa tidak. Bila sempat menonton film berjudul "1917" yang saat ini tengah ditayangkan di sejumlah bioskop di tanah air, maka akan bisa membayangkan, kalau satu abad yang lalu saja perang dunia sudah demikian mengerikan, apalagi di era teknologi canggih sekarang.
Perlu diketahui, film 1917 diangkat berdasarkan kisah yang terjadi di tahun itu. Pada akhir film tertulis di layar ucapan terima kasih pada si penutur cerita yang mengalami kejadian seperti di film.
Penutur cerita tak lain adalah kakek dari Sam Mendes, sang sutradara yang dari film ini yang telah memperoleh sejumlah penghargaan. Selain sebagai sutradara terbaik, 1917 juga menggaet predikat film drama terbaik Golden Globe Awards 2020.
Sang Kakek, Alfred Mendes, mendaftar sebagai tentara pada usia 17 tahun. Namun seperti dikutip dari detik.com, Alfred tidak pernah menceritakan pengalaman perangnya itu, hingga ia berusia 70 tahun.Â
Sam Mendes sangat tertarik dan selalu teringat dengan cerita pengalaman perang dunia kakeknya. Kemudian Sam terobsesi untuk mengangkatnya ke layar lebar yang akhirnya terwujud juga.
Meskipun 1917 tidak mengumbar adegan peperangan sebagaimana lazimnya film perang, tapi kesan mengerikannya tetap mampu membuat penonton tercekam.
Bukan pada peperangannya, tapi melihat akibatnya. Melihat mayat-mayat terkapar yang menyembul dari timbunan tanah. Yang terpaksa diinjak agar bisa dilewati, karena saking banyaknya mayat itu.Â
Belum lagi bangkai kuda yang membusuk bergelimpangan dan juga bangkai kendaraan tank, senjata dan perlengkapan perang lainnya yang berkarat.
Memang film ini dominan juga unsur drama dari dua aktor utamanya, Dean-Charles Chapman yang memerankan Kopral Tom Blake, dan George MacKay yang memerankan Kopral William Schofield.
Kedua kopral itu mendapat tugas yang amat sulit yang diterimanya langsung dari seorang jenderal, untuk menyerahkan surat yang ditujukan kepada seorang kolonel yang memimpin batalyon di garis depan.Â
Untuk itu, kedua kopral ini harus melewati daerah tak bertuan, namun tetap banyak bahaya yang mengintai. Tom Blake akhirnya ditusuk dalam perjalanannya oleh tentara musuh.Â
Padahal Tom Blake lah yang paling bersemangat untuk menuntaskan misi menyerahkan surat tersebut. Soalnya di garis depan itu ada kakaknya yang juga jadi tentara Inggris.
Adapun surat itu sendiri berisi pesan untuk membatalkan penyerangan karena memang itulah pancingan yang diinginkan tentara Jerman yang memakai strategi jebakan. Ada 1.600 tentara Inggris yang akan jadi korban, bila pesan itu tidak sampai.Â
Kamera lebih banyak menyorot pergerakan dua orang kopral, yang setelah salah seorang tewas, tinggal satu aktor utama saja, yang berjuang habis-habisan agar misinya berhasil.
Walaupun demikian, 1917 tidak kekurangan kesan kolosalnya. Ini terlihat dari adegan yang menggambarkan betapa banyaknya tentara Inggris di "markas" yang menjadi tempat persembunyiannya.
Markas tersebut hanya berupa lahan yang dibentengi dengan tumpukan karung pasir. Ada pula yang berupa lubang perlindungan yang di sana sini banyak kawah berlumpur bekas tembakan meriam.
Tekanan mental yang diderita para prajurit sungguh menyayat hati. Mereka seperti sudah "mati" sebelum mati yang terlihat dari wajah kuyunya. Tatapan mereka kosong. Tergambar pula kalau mereka tidur beralaskan tanah atau sambil duduk memunggungi karung pasir.Â
Kembali kepada kekhawatiran bila terjadi perang dunia lagi. Jika itu terjadi, Indonesia kemungkinan besar tidak akan ikut berperang.Â
Tapi bukan berarti negara kita tidak terdampak. Yang pasti perekonomian kita akan terkena resesi menghadapi kenaikan harga berbagai komoditi strategis. Ini karena terjadinya kelangkaan barang dan tersendatnya jalur distribusi.
Maka dengan segala hormat kepada para pemimpin negara-negara yang jadi "pemain" utama seperti AS, Iran, Rusia, Turki, Tiongkok, Korea Utara, dan sebagainya, kita minta tolong agar jangan pernah ada perang dunia lagi. Kita belum ingin dunia ini kiamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H