Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Disanjung Jokowi, Membuat Sandi Kikuk dengan Prabowo?

22 Januari 2020   00:07 Diperbarui: 22 Januari 2020   00:09 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serius atau tidak, Presiden Jokowi tiba-tiba berbicara tentang Pilpres 2024. Padahal masih empat tahun lagi. Momennya adalah saat memberikan sambutan pada acara yang dilakukan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Rabu (15/1/2020) lalu.

Ketika itu Jokowi sempat berucap bahwa penggantinya di tahun 2024 berasal dari HIPMI, dan orang yang dimaksud adalah mantan Ketua HIPMI yang juga pesaing Jokowi di Pilpres 2019 lalu. 

Tentu bukan Prabowo yang dimaksud, karena Prabowo bukan aktivis HIPMI. Adalah Sandiaga Salahuddin Uno atau lebih dikenal dengan Sandi, pasangan Prabowo tahun lalu, yang disanjung Jokowi. 

Boleh jadi Jokowi hanya sekadar menghangatkan suasana. Karena lagi di lingkungan HIPMI, wajar-wajar saja menyampaikan pernyataan yang menggembirakan bagi tuan rumah.

Bahwa Sandi berpeluang untuk maju lagi di Pilpres 2024, sudah banyak pihak yang memperkirakan. Tapi apakah Jokowi akan memberikan dukungan, mengingat Jokowi tidak diperkenankan untuk ikut bertarung lagi, tentu masih dipertanyakan.

Namun ternyata bukan Jokowi saja yang menyanjung Sandi. Dilansir dari detik.com (19/1/2020), Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan juga menyinggung Sandi sebagai calon kuat presiden penerus, saat pelantikan pengurus PB E-sport, periode 2020-2024.

Nah, ada apa ini? Bisa-bisa memang itu pernyataan yang serius, atau semacam kode bahwa Jokowi dan Budi Gunawan sedang mengelus jagoannya sambil menguji apa reaksi publik?

Masalahnya, Sandi bukan kader PDIP sebagaimana Jokowi. Bukankah selayaknya kader PDIP sendiri yang dielus-elus. Puan Maharani misalnya. Atau ada juga kader potensial seperti Ganjar Pranowo dan Tri Rismaharini.

Sandi sendiri sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Anehkah bila PDIP mendukung Gerindra? Tidak ada yang aneh dalam dunia politik.

Kalau mau dianggap aneh, toh ada versi lain yang menggambarkan kemesraan PDIP dengan Gerindra. Konon ada suara yang menginginkan Puan Maharani dipasangkan dengan Prabowo di Pilpres 2024. Puan cukup jadi wapres dulu, nanti 2029  baru jadi RI-1.

Oke, kita fokus kepada Sandi. Mengacu pada tulisan di detik.com di atas, pengamat politik Rico Marbun mengatakan pujian kepada Sandi, bisa berakibat tidak baik.

Asumsi yang dipakai Rico adalah bila Prabowo masih ingin maju lagi sebagai capres. Maka tentu pujian Jokowi dan Budi Gunawan bisa membuat Sandi kikuk  kalau berhadapan dengan Prabowo.

Atau kalau boleh menggunakan kalimat yang lebih keras, Sandi seperti "diadu" dengan Prabowo yang notabene adalah Ketua Umum Partai Gerindra.

Namun kalau Jokowi disebut lebih pro ke Sandi ketimbang Prabowo, belum tentu juga. Bukankah dengan memberi kursi Menteri Pertahanan kepada Prabowo, Jokowi berarti memberi panggung yang berpotensi mengangkat citra Prabowo?

Bahwa Jokowi pro anak muda, tak perlu diragukan. banyaknya staf khusus presiden yang diambil dari generasi milenial, membuktikan hal itu. Tapi Jokowi pun tidak anti orang tua, dengan menggandeng KH Ma'ruf Amin sebagai wapres.

Ingat, Ma'ruf Amin lebih tua dari Prabowo, dan ternyata secara fisik mampu melaksanakan tugas sebagai wapres. Maka, 4 tahun lagi Prabowo juga belum terlalu tua untuk jadi presiden, masih jauh di bawah Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia yang sekarang berusia 94 tahun.

Pilpres 2024 memang masih lama. Tapi para "kingmaker" sudah mulai bergerak. Tahun lalu media massa ramai memberitakan dukungan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Sekarang giliran Presiden Jokowi yang memberi kode yang juga bisa ditafsirkan memberikan dukungan bagi Sandiaga Uno. Sandi punya sikap lebih simpatik di mata lawan politiknya, sehingga tidak menimbulkan kesan permusuhan.

Buktinya sewaktu hasil hitung cepat Pilpres 2019 telah menunjukkan keunggulan Jokowi-Ma'ruf, Sandi tidak ikut-ikutan berkomentar panas yang meragukan keakuratan hasil hitung cepat.

Jadi kalau sekarang Jokowi memberikan dukungan, secara logika masih masuk. Apalagi baik Jokowi maupun Sandiaga sama-sama berlatar belakang pengusaha.

Masalahnya bagi Sandi, betulkah ia kikuk dengan Prabowo? Biarlah persoalan ini menjadi topik bahasan di kalangan internal Gerindra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun