Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Setelah Lama Kehilangan BCA, Grup Salim Kembali Punya Bank

27 Januari 2020   00:07 Diperbarui: 27 Januari 2020   00:16 1977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang meragukan kebesaran kelompok bisnis Salim, yang diambil dari nama Sudono Salim alias Liem Sioe Liong sebagai pendirinya. Sepanjang Orde Baru, tak ada yang mampu menandingi kerajaan bisnisnya.

Krisis moneter tahun 1998 membuat Grup Salim banyak kehilangan asetnya. Yang paling strategis adalah lepasnya lumbung uangnya, Bank Central Asia (BCA), yang sekarang dikuasai Grup Djarum.

Apalagi krisis moneter tersebut juga menjadi momentum gerakan reformasi yang mengakhiri rezim Soeharto. Banyak pengamat yang memprediksi, jatuhnya Soeharto, yang notabene adalah sahabat baik Sudono Salim, pertanda akan menyeret kejatuhan Grup Salim.

Tapi yang namanya bisnis selalu punya celah untuk bangkit lagi. Anthoni Salim, salah seorang anak Sudono Salim, yang sekarang menjadi pemimpin Grup Salim, dengan cerdik berhasil mempertahankan Indofood, meskipun sempat akan disita saat krisis moneter dulu.

Dengan produk unggulannya berupa mie instan dengan merek amat terkenal, Indomie, yang juga disukai di banyak negara lain, pundi-pundi Grup Salim, kembali membukit, atau mungkin lebih tepat disebut menggunung.

Lazim saja bila sebuah grup bisnis sudah membesar, akan tergoda untuk memiliki bank. Soalnya bank diperkenankan untuk menarik dana dari masyarakat, baik berupa tabungan, giro, atau deposito.

Bukankah dengan simpanan masyarakat di bank yang dimiliki oleh sebuah grup bisnis, uang itu bisa diputarkan ke berbagai perusahaan yang satu grup dengan bank tersebut?

Memang sekarang ada regulasi yang ketat, di mana sebuah bank dalam menyalurkan kredit kepada sebuah perusahaan atau kepada suatu grup bisnis, dibatasi maksimal sebesar persentase tertentu dari jumlah modal yang dimiliki bank itu.

Tapi bagaimanapun juga, memiliki bank tetap menjadi keinginan banyak grup bisnis. Sepertinya tak lengkap rasanya bila belum punya bank.

Grup Lippo yang sudah melepas Bank Lippo ke CIMB Niaga, sekarang sudah punya Bank Nobu. Eka Tjipta Widjaja dulu berjaya dengan Bank Internasional Indonesia, namun juga terkena badai krisis moneter. Tapi sekarang grup ini sudah punya gantinya, Bank Sinarmas.

Berikutnya ada Grup Sampoerna yang membeli Bank Dipo dan diganti namanya menjadi Bank Sampoerna. Grup MNC sudah punya MNC Bank. Citicorp yang dimiliki Chairul Tanjung juga punya Bank Mega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun