Wawasan suami istri yang seprofesi berkemungkinan juga lebih terfokus sebatas profesinya saja. Soalnya apa yang dibicarakan di kantor dan di rumah, seputar bidang itu-itu saja. Artinya dunia mereka dunia lebih sempit dan relatif homogen.Â
Maka sebaiknya mereka yang punya pasangan dari profesi yang sama harus punya usaha ekstra buat menambah pengetahuan atau pengalaman di bidang lain.Â
Toh perlu diakui tidak ada disiplin ilmu yang tidak berhubungan dengan ilmu lainnya. Demikian juga suatu profesi akan bersinggungan dengan profesi lain. Maka saling menimba ilmu untuk menambah wawasan sangat dibutuhkan.
Justru yang perlu dihindari adalah sikap yang arogan dan memandang remeh profesi lain. Contohnya pasangan sesama dokter yang anak dan menantunya juga dokter, karena merasa berasal dari profesi terhormat, lalu memandang rendah orang yang berprofesi lain, tentu merupakan sikap yang keliru.
Jodoh memang di tangan Tuhan. Kalau ditakdirkan dengan teman seprofesi, ya jalani saja, dengan catatan sudah tahu apa kerugiannya dan bagaimana cara meminimalkan kerugian itu.
Tapi kalau dari awal sudah ditanamkan niat mencari pasangan harus mendapatkan yang seprofesi, lalu anak dan menantu pun juga dengan latar belakang yang sama, ini yang perlu dipertimbangkan lagi.Â
Berusaha tentu boleh-boleh saja. Namun tak perlu kecewa bila berjodoh dengan pasangan dari profesi lain. Pasti banyak hikmah lain yang dapat dipetik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H