Lagi pula mereka yang kuliah di fakultas kedokteran, rata-rata lebih kutu buku dan dalam bergaul tidak seheboh anak-anak fakultas lain.
Maka sewaktu merasa sudah masanya untuk menikah, seorang dokter cenderung mencari sasaran dari orang yang sering dijumpainya dengan cara pemikiran yang relatif sama.Â
Kalau dari teman seprofesi bertemu yang dirasa cocok, kenapa tidak dilanjutkan ke jenjang pernikahan? Begitu kira-kira latar belakangnya.
Nah, tidak hanya dokter, tapi bagi profesi apapun, mari kita lihat apa sih untung ruginya bila menikah dengan teman seprofesi?
Yang pasti keuntungannya adalah, dengan terjun di profesi yang sama, relatif kecil peluang untuk menyimpan dusta dengan dalih karena tuntutan pekerjaan.
Bagaimana sibuknya seorang suami yang berprofesi dokter dalam bekerja, tentu sangat dimengerti oleh istrinya yang juga dokter. Sehingga kalau suami pulang larut malam, atau tidak bisa dihubungi melalui telepon, tak perlu dicurigai.
Mungkin kemungkinan untuk berselingkuh juga kecil karena takut cepat ketahuan. Soalnya lingkungan pergaulan si suami bisa jadi juga dekat dengan lingkungan pergaulan si istri.
Keuntungan lain sudah pasti antar suami istri gampang berdiskusi dan saling membantu apabila menghadapi permasalahan dalam pekerjaan.
Anak-anak dari pasangan yang satu profesi, ada kemungkinan akan termotivasi untuk menuruti jejak orang tuanya, karena dari kecil telah mengenal bagaimana orang tuanya bekerja.
Makanya, anak seorang dokter banyak yang ingin menjadi dokter, bahkan berikutnya juga dapat pasangan hidup yang juga dokter.
Adapun kerugian dari pasangan satu profesi, bila ada suasana yang kurang harmonis di rumah, bisa terbawa ke tempat pekerjaan, dan juga cepat terdeteksi oleh rekan kerja. Apalagi bila suami istri berkantor di gedung yang sama.