Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jiwasraya Terpuruk Gara-gara Saham Gorengan

28 Desember 2019   09:08 Diperbarui: 16 Januari 2020   18:59 2282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus yang menimpa salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang asuransi masih saja ramai diberitakan media massa.

Jiwasraya, begitu nama BUMN tersebut, sebetulnya telah lebih satu tahun mengalami kesulitan likuiditas yang parah, sehingga tidak mampu memenuhi pengembalian uang nasabah yang sudah jatuh tempo.

Tapi dengan pergantian Menteri BUMN dari Rini Soemarno kepada Erick Thohir, kasus ini semakin terkuak, bahkan jadi melebar liar ke masalah politik dan juga dugaan korupsi.

Terlepas dari soal politik dan korupsi, yang jelas kalau dibaca dari apa yang ditulis media massa, jelas penyebab utama kasus Jiwasraya adalah karena kesalahan dalam melakukan investasi yang tidak memenuhi tata kelola perusahaan yang baik.

Disebutkan bahwa pimpinan Jiwasraya periode sebelumnya terlalu berani menanamkan uang dengan membeli saham gorengan yang sangat spekulatif.

Tentu saja harapannya adalah saham gorengan yang dibeli cepat terkerek harganya, sehingga apabila dijual kembali, cukup untuk membayar uang nasabah plus bunganya, dan masih bersisa sebagai keuntungan buat perusahaan.

Apa itu saham gorengan? Saham gorengan merupakan istilah yang lazim dipakai untuk saham yang sangat fluktuatif harganya dan diduga ada pihak-pihak tertentu yang memainkannya.

Suatu ketika harga sahamnya dikerek naik tajam yang bisa berlangsung beberapa hari dengan kecenderungan terus melejit tanpa kejelasan apa yang melatarbelakanginya. 

Pada kesempatan lain harganya anjlok tajam. Parahnya karena pada dasarnya perusahaan yang sahamnya dikategorikan gorengan, memang kinerja keuangannya relatif tidak bagus, pas harganya turun, bisa lama sekali terpuruknya.

Perusahaan papan atas yang kokoh secara fundamental, bukankah termasuk saham gorengan. Hanya saja harga saham perusahaan papan atas relatif mahal. 

Bank-bank BUMN, BCA, Unilever, Astra, dan perusahaan terkemuka lainnya, sahamnya tergolong blue chip alias saham unggulan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun