Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Betulkah Gojek Akan Akuisisi Blue Bird?

19 Desember 2019   09:08 Diperbarui: 19 Desember 2019   09:16 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang meragukan kehebatan taksi Blue Bird (selanjutnya ditulis BB) di Indonesia. Perusahaan yang berdiri tahun 1972 ini menjadi pelopor armada taksi yang mengenakan tarif memakai argometer.

Sekarang BB telah melebarkan sayap ke bisnis penyewaan bus, mengoperasikan taksi jenis premium, dan bisnis lainnya yang berkaitan dengan transportasi serta pariwisata.

Kehadiran taksi BB pun sudah merambah hampir semua kota besar di negara kita, meskipun awalnya pasti ribut-ribut dulu, karena perusahaan taksi yang sebelumnya sudah ada di kota itu takut tersaingi dan melakukan demonstrasi menolak BB.

Memang sekarang ini bukan lagi era keemasan bagi usaha taksi konvensional. Sudah tak terhitung lagi jumlah perusahaan yang gulung tikar. Yang masih bertahan pun mulai sempoyongan.

Diperkirakan BB juga mengalami penurunan kinerja. Tapi dengan ukuran perusahaan yang besar, telah berstatus terbuka alias go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),  BB bukan termasuk yang sempoyongan.

Apalagi manajemen BB juga selalu mengikuti perkembangan zaman, khususnya dalam menggunakan teknologi terkini. Maka pelanggan BB saat ini bisa memesan taksi secara daring, baik dari aplikasi yang dikembangkan BB sendiri, maupun dengan bekerja sama dengan Gojek.

Nah sekarang tentang Gojek. Siapa yang tidak kenal? Hampir setiap pengguna telpon pintar yang tinggal di kawasan perkotaan di negara kita, bahkan juga di beberapa negara lain, punya aplikasinya.

Nama perusahaan penyedia aplikasi Gojek itu sendiri adalah  PT Aplikasi Karya Anak Bangsa. Namun untuk gampangnya, di tulisan ini ditulis Gojek saja.

Kreativitas pendiri Gojek, Nadiem Makarim, telah membuat lompatan besar. Dari awalnya hanya menyediakan aplikasi pemesanan ojek sepeda motor, sekarang banyak sekali fitur yang terdapat di Gojek.

Diduga karena faktor kreativitas itulah yang membuat Presiden Jokowi kepincut dengan Nadiem. Seperti diketahui, Nadiem saat ini adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Indonesia Maju.

Saking besarnya Gojek, sehingga dari sisi ukuran besarnya valuasi perusahaan rintisan (startup), sudah tergolong unicorn, yakni dengan valuasi di atas US $ 1 miliar, atau setara sekitar Rp 14 triliun.

Hanya segelintir, kalau tidak keliru hanya 4 perusahaan saja, unicorn asal Indonesia.  Tiga lainnya adalah Bukalapak, Traveloka, dan Tokopedia.

Kemarin saya kaget saat seorang teman bercerita bahwa Gojek akan mengakuisisi BB. Saya yang relatif rutin mengikuti berita ekonomi dan bisnis, langsung membantah.

Alasan saya BB adalah perusahaan yang bagus, tak mungkin dilepas oleh pemiliknya, yakni keluarga almarhumah Ny. Mutiara Djokosoetono.

Sudah begitu, meskipun saya tidak meragukan Gojek yang meraksasa, secara tata kelola, dugaan saya BB lebih maju, karena sudah go public itu tadi. Sementara Gojek belum, masih ancar-ancar mau melantai di bursa saham.

Saya justru ingin mengoreksi pernyataan si teman dengan mengatakan bahwa BB dan Gojek telah punya kerjasama bisnis. Namun teman saya ngotot dengan mengatakan ia telah lama tahu tentang kerjasama itu. Tapi yang sekarang adalah berita tentang akuisisi.

Maka saya pun berselancar di dunia maya dan menemukan berita yang berkaitan yang  dimuat kontan.co.id (17/12/2019). Rupanya teman saya tidak salah, dan saya pun juga merasa tidak bersalah. Ini masalah perbedaan persepsi saja tentang apa pengertian akuisisi.

Diberitakan bahwa Gojek mengincar 5% saham yang di BEI punya kode BIRD ini (nama perusahaan yang sahamnya dijual di BEI disimbolkan dalam 4 huruf, seperti Bank Rakyat Indonesia diberi kode BBRI).

Untuk itu Gojek siap menggelontorkan dana US $ 30 juta atau setara sekitar Rp 420 miliar. Berita seperti ini tentu saja berpengaruh terhadap harga saham BB, dalam arti akan menaikkan harga. 

Apalagi disebutkan bahwa Gojek berani membeli 20% lebih mahal dibanding valuasi BB berdasarkan penutupan perdagangan saham Senin (16/12) lalu. Maka dalam sepekan terakhir sampai Selasa (17/12), harga saham BB meroket hingga 27,1% menjadi Rp 2.720 per lembar saham.

Manajemen BB sendiri menanggapi secara positif, karena selama ini kerjasama dengan Gojek telah berjalan baik dan BB terbuka untuk kerjasama yang lebih baik lagi.

"Baik dengan Gojek maupun pihak mana pun selama mengungtungkan kedua belah pihak, (tidak masalah) " kata Michael Tene, Head of Investor Relation BB.

Sebagai perusahaan terbuka, BB memang tidak bisa menolak siapapun yang mau membeli sahamnya lewat bursa. Tapi ingat bahwa jumlah saham BB yang dilepas ke bursa sejak 2014 lalu hanya 15% dari keseluruhan saham (beritasatu.com, 5/11/2014).

Artinya, kalau pun Gojek akan memborong semua saham BB di bursa, tetap saja belum menjadi penentu utama dalam pengambilan keputusan di perusahaan BB.

Kalau begitu apa untungnya bagi Gojek membeli saham BB? Ya, tentu saja sebagai investor, Gojek akan menerima dividen, yakni bagian laba tahunan yang dibagikan kepada semua pemegang saham. 

Bisa jadi Gojek karena banyak menerima kucuran dana dari partner strategisnya di luar negeri, memanfaatkan dana tersebut untuk membeli saham yang prospektif. 

Toh nanti ketika dana itu diperlukan, sahamnya bisa dilepas lagi. Bahkan Gojek akan menuai keuntungan bila harga saham BB saat dijual kembali lebih tinggi ketimbang harga saat dibeli. 

Jadi ada dua keuntungan bagi para investor di bursa saham, yakni dividen dan kenaikan harga saham. Tentu bila saham yang dibeli tidak prospektif akan berpotensi mendatangkan kerugian, tidak ada dividen, harga sahamnya pun anjlok.

Kembali ke perbedaan persepsi antara saya dan teman saya. Jika akuisisi diartikan sebagai pembelian, ya teman saya betul. Memang dalam beberapa hal, akuisisi diartikan sebagai  perolehan, sesuatu yang didapatkan termasuk melalui pembelian.

Tapi saya juga tidak keliru, karena secara umum akuisisi diartikan sebagai pengambilalihan. Maka dalam kasus Gojek-BB di atas, menurut saya tidak tepat digunakan istilah akuisisi. 

Jumlah 5 persen saham BB yang akan dibeli Gojek, meskipun cukup signifikan, belum memadai buat jadi pihak yang mengambil alih pengendalian perusahaan.

Terlepas dari itu, menarik untuk mencermati bagaimana perkembangan BB dan juga Gojek, bila transaksi pembelian saham tersebut terealisir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun