Sebagai perusahaan terbuka, BB memang tidak bisa menolak siapapun yang mau membeli sahamnya lewat bursa. Tapi ingat bahwa jumlah saham BB yang dilepas ke bursa sejak 2014 lalu hanya 15% dari keseluruhan saham (beritasatu.com, 5/11/2014).
Artinya, kalau pun Gojek akan memborong semua saham BB di bursa, tetap saja belum menjadi penentu utama dalam pengambilan keputusan di perusahaan BB.
Kalau begitu apa untungnya bagi Gojek membeli saham BB? Ya, tentu saja sebagai investor, Gojek akan menerima dividen, yakni bagian laba tahunan yang dibagikan kepada semua pemegang saham.Â
Bisa jadi Gojek karena banyak menerima kucuran dana dari partner strategisnya di luar negeri, memanfaatkan dana tersebut untuk membeli saham yang prospektif.Â
Toh nanti ketika dana itu diperlukan, sahamnya bisa dilepas lagi. Bahkan Gojek akan menuai keuntungan bila harga saham BB saat dijual kembali lebih tinggi ketimbang harga saat dibeli.Â
Jadi ada dua keuntungan bagi para investor di bursa saham, yakni dividen dan kenaikan harga saham. Tentu bila saham yang dibeli tidak prospektif akan berpotensi mendatangkan kerugian, tidak ada dividen, harga sahamnya pun anjlok.
Kembali ke perbedaan persepsi antara saya dan teman saya. Jika akuisisi diartikan sebagai pembelian, ya teman saya betul. Memang dalam beberapa hal, akuisisi diartikan sebagai  perolehan, sesuatu yang didapatkan termasuk melalui pembelian.
Tapi saya juga tidak keliru, karena secara umum akuisisi diartikan sebagai pengambilalihan. Maka dalam kasus Gojek-BB di atas, menurut saya tidak tepat digunakan istilah akuisisi.Â
Jumlah 5 persen saham BB yang akan dibeli Gojek, meskipun cukup signifikan, belum memadai buat jadi pihak yang mengambil alih pengendalian perusahaan.
Terlepas dari itu, menarik untuk mencermati bagaimana perkembangan BB dan juga Gojek, bila transaksi pembelian saham tersebut terealisir.