Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memperhalus Kalimat Penolakan dengan Insya Allah, Tepatkah?

22 Desember 2019   09:08 Diperbarui: 22 Desember 2019   11:36 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. bersamadakwah.net

Sebelum masuk ke pembahasan, izinkan saya memakai ejaan yang dari kecil saya kenal yakni "insya Allah" yang artinya adalah "jika Allah menghendaki".

Bukan apa-apa, sekarang ini banyak orang yang mempermasalahkan ejaan tersebut dengan menulis insha Allah atau insha Alloh. Ada juga yang penulisan insya atau insha dipisah menjadi in sya atau in sha.

Jujur saja, pengetahuan saya amat terbatas tentang mana ejaan yang betul. Makanya bagi yang berpendapat ejaan yang saya gunakan tidak tepat, mohon dimaklumi dan dimaafkan.

Sekarang masuk ke pokok cerita. Begini, mendadak seorang teman yang non-muslim bertanya kepada saya tentang apakah kalau seseorang menjawab insya Allah, itu artinya besar kemungkinannya berarti "iya" atau besar kemungkinannya untuk menolak, sebagai penghalusan kata "tidak".

Untuk memperjelas, sebaiknya pakai contoh. Teman saya itu mengajak seseorang untuk bertemu di suatu tempat pada jam 5 sore. Lalu jawaban yang diterima teman saya adalah insya Allah. Itu artinya oke atau tidak?

Saya tidak bisa menafsirkan jawaban insya Allah tersebut. Itu sangat tergantung pada niat dalam hati kecil orang yang mengucapkannya.

Jika niatnya setuju dengan ajakan teman saya, maka konotasinya positif atau setuju untuk bertemu. Tapi masih ada kemungkinan kecil untuk batal bila terjadi sesuatu yang di luar dugaan. 

Makanya seseorang yang religius biasanya menggunakan kata insya Allah karena menyadari Allah-lah yang punya kekuasaaan atas segalanya. Manusia boleh saja berencana dan berusaha mewujudkan rencana itu, namun pada akhirnya Tuhan yang menentukan. 

Masalahnya, dari pengamatan dan pengalaman saya, akhir-akhir ini pengertian insya Allah cenderung bergeser ke arah konotasi yang negatif. Maksudnya, insya Allah tersebut dijadikan sekadar penghalusan kata penolakan.

Itulah yang membuat arti insya Allah terdegradasi. Maka menurut saya sebaiknya kita baru mengucapkan insya Allah kalau konotasinya oke atau iya. Kalau sudah tidak punya niat untuk iya, gunakan kata penolakan yang kalau bisa dibungkus secara halus. 

Misalnya kembali ke kasus yang dikemukakan teman saya. Seandainya saya yang ditanya dan pada jam 5 sore sudah keburu ada rencana buat membezuk famili yang lagi dirawat inap, saya akan katakan dengan dua kalimat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun