Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dirut Cium Tangan, Satpam Minta KTP

11 Desember 2019   07:00 Diperbarui: 11 Desember 2019   07:02 3187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto di atas hanya sekadar ilustrasi (kabarmakkah.com)

Ada seorang tokoh masyarakat yang sangat terkenal di daerah X. Ketika di sana dibangun bandara internasional yang baru, pembangunannya tertunda demikian lama karena banyaknya warga yang menolak pembebasan lahan.

Akhirnya direktur utama perusahaan pengelola bandara meminta bantuan sang tokoh masyarakat tadi agar membujuk masyarakat untuk bisa kooperatif.

Demikian berharapnya pada tokoh masyarakat yang dinilai berpengaruh dimaksud, sampai-sampai sang direktur utama tidak segan untuk mencium tangannya. 

Dan memang setelah tokoh tadi turun tangan, masyarakat  pun ikhlas melepas tanahnya meskipun dengan harga di bawah keinginan semula. 

Ringkas cerita, akhirnya bandara internasional itupun tuntas pembangunannya. Bahkan sudah mulai beroperasi.

Tapi si tokoh yang dulu tangannya dicium oleh direktur utama perusahaan pengelola bandara, justru sangat kecewa. Katanya pihak bandara seperti melupakan jasanya.

Soalnya setiap si tokoh mau terbang ke suatu tempat, satpam bandara memperlakukannya sama dengan orang biasa, tak ada keistimewaan.

Ya, satpam menerapkan prosedur standar bagi setiap calon penumpang, termasuk sang tokoh, dengan memeriksa KTP-nya. Bukan itu saja, saat mau memasuki gerbang pemeriksaan, si tokoh harus melepas jaket dan ikat pinggang.

Setelah itu badan si tokoh diraba-raba oleh satpam karena saat ia melewati gerbang, muncul bunyi tertentu di alat yang dipegang satpam.  Untunglah bunyi tersebut hanya karena uang koin yang ada di saku samping celananya.

Memang begitu saja kisah yang didapat yang diceritakan oleh seorang teman dari tokoh masyarakat tersebut. Sehingga tidak jelas konteksnya, apakah si tokoh betul-betul kecewa, sekadar bercanda, atau malah salut dengan satpam bandara yang mampu konsisten melaksanakan tugasnya tanpa pandang bulu.

Anggaplah si tokoh betul-betul kecewa. Apakah kekecewaan itu wajar? Dari sisi pribadi, tentu sah-sah saja. Bayangkan, orang nomor satu di perusahaan pengelola bandara begitu hormat pada sang tokoh, tapi kenapa seorang satpam yang secara struktur organisasi berada di lapisan terbawah, berani-beraninya memeriksa sang tokoh.

Apakah si satpam tak kenal wajah sang tokoh? Jika si satpam sering menonton televisi atau membaca di media massa, harusnya hafal dengan wajah yang sangat populer itu.

Namun kenal atau tidak kenal bukan menjadi hal yang relevan. Direktur utama pengelola bandara pun, bila terbang seharusnya tetap diperiksa oleh satpam yang notabene adalah anak buahnya.

Justru karena ketakutan pada bos atau pada seorang tokoh, lalu memberikan keistimewaan dan tidak diperiksa oleh satpam, akibatnya bisa fatal.

Bukankah kasus dugaan penyelundupan motor gede Harley Davidson dan sepeda Brompton oleh orang nomor satu di maskapai penerbangan Garuda Indonesia, membuktikan bahwa siapapun berpotensi melakukan penyelewengan?

Sekiranya barang-barang yang dibawa mantan Direktur Utama Garuda itu tidak diperiksa sebagaimana mestinya, tentu upaya penyelundupan itu akan berlangsung mulus dan negara dirugikan dalam jumlah yang lumayan.

Tak jarang pula kita mendengar kisah orang-orang yang bertampang parlente, saat bertamu ke komplek perumahan mewah, tak ditanyai identitas dan tujuan kedatangannya oleh satpam penjaga gerbang komplek.

Eh ternyata si tamu yang bergaya orang kaya itu ternyata perampok yang menyatroni rumah yang lagi kosong, atau memperdaya asisten rumah tangga untuk masuk sebuah rumah sasaran.

Orang yang bertampang pejabat atau tokoh masyarakat yang berniat menipu, mungkin tidak banyak. Namun demikian, standar prosedur yang harus dilakukan seorang satpam atau profesi lain harus tetap berjalan tanpa pengecualian. 

Orang-orang penting tidak boleh merasa tersinggung atau merasa tidak dihargai kalau diperlakukan seperti orang biasa saja oleh satpam, karena memang begitulah yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun