Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ucapan Rasis dari Seorang Wakil Dekan Sungguh Disayangkan

26 November 2019   17:52 Diperbarui: 26 November 2019   18:03 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ucapan bernada rasis yang menggenaralisir bahwa orang dari etnis tertentu pasti punya sifat khusus yang berkonotasi negatif, dalam kehidupan sehari-hari masih relatif sering kita dengar.

Sebagai orang yang berasal dari Sumatera Barat dan bersuku Minang, sejak saya merantau ke Jakarta pada pertengahan dekade 1980-an, saya baru menyadari bahwa banyak orang bukan Minang yang menilai orang Minang sebagai orang yang pelit.

Bila penilaian itu tersebut diucapkan di depan saya, saya tidak begitu serius menanggapinya, karena bisa saja tujuannya bercanda. Atau bisa juga untuk diambil sebagai masukan yang membangun.

Yang pasti saya mencoba untuk menunjukkan kepada teman-teman saya di kantor yang mayoritas adalah bersuku Jawa dan Sunda, bahwa saya sama saja dengan mereka, di hari-hari tertentu memberikan oleh-oleh atau mentraktir mereka.

Dalam konteks pergaulan seperti itu, sama sekali saya tidak merasa teman-teman saya sebagai orang yang berperilaku rasis. Bahwa ada teman saya sesama asal Sumbar yang emosi bila dituding pelit, itu saya anggap soal lain.

Tapi masalahnya sungguh berbeda dengan berita yang saya baca sehubungan dengan ucapan Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Pekanbaru, Riau, yang rekamannya beredar dan viral.

Husni Thamrin, demikian nama sang Wakil Dekan tersebut, seperti dilansir dari mediaindonesia.com (25/11/2019), berucap di depan mahasiswanya sesuatu yang tidak pantas dan berbau rasis.

"Pemberontak di UIN nih Batak semua, menghancurkan UIN, menghancurkan dunia Melayu, itulah Batak tu. Kau Batak kan, Batak keluar aja dari sini, Batak kurang etika," begitu kata Husni dalam rekaman yang beredar yang ditulis ulang oleh mediaindonesia.com.

Tidak jelas dalam konteks apa ucapan rasis itu berlangsung. Namun apapun konteksnya, ucapan itu jelas tidak pantas keluar dari mulut seorang akademisi. Bahkan kalaupun tujuannya untuk bercanda, tetap rasanya tidak pantas.

Perlu diingat, Provinsi Riau dihuni oleh penduduk asli yang bersuku Melayu, namun keberadaan dua suku pendatang yang berbatasan dengan Riau terlihat dominan, yakni orang Minang dan orang Batak.

Bahkan, kalau tidak salah, Ustad Abdul Somad, yang namanya sangat populer sakarang ini dan lama berkarir sebagai dosen UIN Suska Pekanbaru, adalah orang Batak bermarga Batubara.

Ironisnya, berita tentang ucapan rasis tersebut beredar bersamaan dengan berita terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) dari 11 menteri dan kepala lembaga tentang Penanganan Radikalisme pada Aparatur Sipil Negara (ASN). 

Dalam SKB tersebut, salah satu butirnya adalah berupa larangan menyampaikan pendapat baik lisan maupun tulisan melalui media sosial yang bermuatan ujaran kebencian terhadap salah satu suku, agama,ras, dan antar golongan.

Tadinya saya beranggapan terbitnya SKB tersebut menjadi sesuatu yang berlebihan, seperti kita kembali ke era Orde Baru yang dulu mengekang masyarakat. Tapi setelah dipikir-pikir betapa seorang yang terpelajar pun bisa keceplosan seperti di UIN Suska itu, wajar bila SKB itu diperlukan.

Untung saja paguyuban masyarakat Batak di Riau yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR) mampu merepon kasus ini dengan baik. IKBR menemui Rektor UIN Suska Prof. Akhmad Mujahidin, Senin (25/11/2019) lalu.

Rektor UIN Suska menyanggupi untuk melakukan mediasi dengan mengundang perwakilan tokoh-tokoh Batak, meminta dosen yang bersangkutan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf di forum terbuka, serta memberikan sanksi tegas pada yang bersangkutan.

Berita terbaru yang dimuat riaupos.co (26/11/2019), Husni Thamrin sudah mengakui kekhilafannya dan meminta maaf. Dengan demikian, kondisinya sudah mulai kondusif.

Semoga kejadian di Pekanbaru menjadi yang terakhir dan dapat diambil hikmahnya sehingga tidak terulang lagi di manapun di negara kita tercinta ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun