Eh, ternyata sang wanita suaranya kecil banget. Sang sutradara dengan tegas minta si wanita mengulangi ucapannya dengan keras dan harus sambil menatap mesra mata suaminya.Â
Saya tidak tahu apa yang dituju dengan gaya sinetron seperti itu. Apakah itu bagian dari edukasi agar rumah tangga mereka jadi langgeng?
Atau maksudnya agar menjadi momen yang sangat berkesan untuk jadi kenangan yang tak terlupakan bagi kedua pengantin? Bisa pula hanya sekadar hiburan bagi para hadirin sekaligus jadi hiburan buat si pejabat KUA semata.
Kebetulan yang saya amati adalah yang terjadi di Sumatera Barat. Untuk acara pernikahan yang saya hadiri di Jakarta, kebanyakan hanya saat resepsi, bukan saat akad nikah.
Tapi dugaan saya, fenomena di tempat lain relatif sama, yakni ada fungsi baru bagi pejabat KUA yakni menjadi "sutradara" itu tadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H