Korporasi yang dimaksud di sini adalah perusahaan yang berukuran menengah ke atas dan beroperasi secara nasional. Biasanya korporasi ini punya aset triliunan rupiah dan punya jaringan kantor di setiap provinsi, bahkan sampai level kabupaten.Â
Ada korporasi yang dimiliki oleh pihak asing, ada yang milik swasta nasional, dan tak sedikit pula berupa Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kebetulan saya baru saja terlibat diskusi dengan seorang pejabat level menengah di sebuah korporasi, tepatnya sebuah BUMN yang bergerak di bidang keuangan. Pelanggannya banyak sekali yang tersebar di ratusan kantornya.
Adapun pejabat yang berbincang-bincang dengan saya tersebut, sebut saja namanya Meri, bertugas di divisi yang menangani komunikasi perusahaan.Â
Salah satu tugasnya adalah memantau semua pemberitaan di media massa, baik cetak, elektronik, maupun daring.
Kenapa harus dipantau? Karena ini berkaitan dengan reputasi perusahaan yang citra positifnya harus selalu dipelihara. Di lain pihak, bila ada berita yang bernada negatif tentang perusahaannya, berarti meningkatkan risiko reputasi.
Nah, kebetulan selama dua minggu terakhir ini salah satu kantor cabang perusahaan tersebut yang berada di Indonesia bagian timur, ramai diberitakan media massa, baik media lokal maupun nasional.
Beritanya mengenai sebuah kasus besar yang melibatkan orang dalam di kantor cabang tersebut yang mengambil dana para pelanggannya yang kalau ditotal menyebabkan kerugian hingga puluhan miliar rupiah.
Kerugian pelanggan mungkin gampang diatasi. Klaim pelanggan yang telah diperiksa kebenarannya, akan diganti oleh perusahaan. Artinya kerugian pelanggan beralih jadi kerugian perusahaan.Â
Toh kemampuan perusahaan untuk menutupi dana puluhan miliar, sangat memadai. Tak akan mengguncang kinerja perusahaan. Paling-paling hanya sedikit mengurangi keuntungan tahunannya yang untuk tahun ini sudah berjumlah belasan triliun rupiah.
Masalah utamanya bukan pada kerugian finansial itu. Reputasi perusahaan yang terpukul gara-gara gencarnya berita negatif, bisa merusak kepercayaan pelanggan, sehingga mereka berpindah jadi pelanggan perusahaan pesaing.Â