Akan lain ceritanya bila PKS bersikap asal menentang pemerintah saja, bahkan terkesan mencari-cari kesalahan. Kalau begini, akibatnya PKS bisa terkucil. Dan akhirnya ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, karena masyarakat pun akan memandang dengan sebelah mata.
Bila melihat unsur pimpinan di PKS, ada kerugian setelah vokalisnya Fahri Hamzah terdepak. Sebagai partai oposisi, PKS butuh figur yang berani dalam adu argumentasi.
Ketua Umum PKS Sohibul Iman punya penampilan yang terlalu sopan. Demikian juga dengan Hidayat Nur Wahid atau tokoh PKS yang sering muncul di layar kaca, Mardani Ali Sera.
Tapi PKS bisa menutupi kekurangan ketiadaan vokalis di atas dengan tidak mengedepankan kelantangan suara penuh retorika, namun dengan mengutamakan kualitas penyampaiannya.
Maksudnya PKS harus menguasai materi yang dilengkapi dengan data yang up to date dan diolah dengan analisis yang valid saat mengkritisi kebijakan pemerintah atau implementasi dari kebijakan tersebut.
Dari kacamata masyarakat, partai mana yang betul-betul mampu menyerap aspirasi rakyat dan memperjuangkannya semaksimal mungkin, tanpa memandang apakah itu partai oposisi atau partai pemerintah, akan meraih dukungan yang besar pada pemilu serentak pemilu serentak berikutnya. Jelaslah, kuncinya ada pada penilaian dari mayoritas warga Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H