Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kenapa Driver Ojol Tolak Nadiem Jadi Menteri?

22 Oktober 2019   00:07 Diperbarui: 22 Oktober 2019   00:14 3830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak muda yang energik, founder perusahaan rintisan yang sangat sukses, Nadiem Makarim, sudah memberikan pernyataan di depan wartawan bahwa ia bersedia melepas jabatan CEO di Gojek untuk bergabung dalam Kabinet Kerja Jilid 2.

Seperti ramai diberitakan media massa, Nadiem adalah salah satu calon menteri yang dipanggil ke istana oleh Presiden Jokowi, Senin (21/10/2019) kemarin. Direncanakan Rabu (23/10/2019) besok akan menjadi hari bersejarah bagi Nadiem, dilantik jadi menteri yang ada kaitannya dengan bidang digital.

Belum jelas apakah Nadiem yang sekarang berusia 35 tahun akan menjadi menteri termuda dalam kabinet mendatang. Tapi pasti budaya kerja yang dilakoninya akan berubah banyak. 

Mungkin bidang yang akan ditanganinya bukan bidang baru bagi Nadiem. Namun budaya birokrasi, proses pengambilan keputusan yang panjang, dan basa basi dalam berbagai acara seremonial, harus bisa diadaptasinya secara cepat. 

Bisa jadi Nadiem akan berhasil mengubah budaya birokrasi jadi lebih ringkas khas perusahaan di era milenial. Atau mungkin pula Nadiem terbuai dan menikmati budaya semi feodal di pemerintahan.

Tapi tunggu, jangan dulu membahas tugas Nadiem di kementerian yang akan dipimpinnya. Masalahnya, sebelum dilantik jadi menteri, Nadiem punya tugas berat menentramkan hati para pengemudi ojek online (ojol) yang menjadi mitra Gojek. 

Soalnya terbetik kabar bahwa para pengemudi ojol menolak bila Nadiem menjadi menteri. Bahkan seperti dilansir dari liputan6.com (21/10/2019), pengemudi ojol yang tergabung dalam Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) mengancam akan mengerahkan massa dalam jumlah besar bila Nadiem menerima ajakan Jokowi.

Kenapa muncul ancaman demonstrasi dari Garda? Jawabannya adalah karena Nadiem dianggap gagal menyejahterakan mitra pengemudinya. Itulah yang tertulis di laman tribunnews.com (21/10/2019).

"Nadiem Makarim boleh besar dengan berderet gelar akademik dan valuasi Gojeknya yang triliunan rupiah, namun di balik itu, jutaan mitra ojek online-nya berdarah-darah di lapangan, jauh dari sejahtera. Dari segi pendapatan, intinya ojol mitranya belum happy," kata Igun, koordinator Garda.

Dari kacamata makro ekonomi, terlepas dari kesejahteraan pengemudi ojol yang masih belum sesuai harapan, harus diakui bahwa Gojek atau perusahaan lain yang sejenis telah menyediakan lapangan pekerjaan yang sangat luas. Tentu hal ini sangat membantu bagi pemerintah.

Memang dengan semakin banyaknya pengemudi ojol, persaingan sesama mereka menjadi sangat ketat. Ini yang membuat uang yang dibawa pulang oleh masing-masing pengemudi semakin turun.

Sekadar menduga-duga saja, siapa tahu Nadiem pernah menjanjikan sesuatu atau berencana mewujudkan program baru yang akan meningkatkan kesejahteraan para pengemudi Gojek. 

Namun janji atau rencana program itu masih belum sempat terealisasikan, sehingga bila Nadiem meninggalkan perusahaan dalam kondisi seperti itu, wajar bila para pengemudi kecewa. Makanya mereka menolak bergabungnya Nadiem jadi anggota kabinet baru.

Adapun dari sisi masyarakat umum, Nadiem adalah contoh anak bangsa yang membanggakan Indonesia di pentas bisnis dunia, karena Gojek telah merambah ke luar negeri dan sangat menarik bagi investor asing.

Gojek sudah berkembang pesat, tidak semata-mata melayani pesanan transportasi secara online, tapi juga menyediakan banyak pelayanan lain seperti dompet digital Gopay.

Khusus untuk pengemudi roda dua, masyarakat punya hubungan yang "benci tapi rindu". Ketika melihat para pengemudinya menumpuk di titik penjemputan pelanggan seperti di stasiun kereta api, halte bus, di depan sekolah, di depan mal, dan sebagainya yang bikin macet, masyarakat akan mengomel.

Namun ketika kepepet mau bepergian, banyak orang yang secara otomatis langsung memesan kendaraan melalui aplikasi seperti Gojek. Sangat membantu di tengah belantara lalu lintas Jakarta atau kota besar lainnya.

Semoga ada jalan keluar yang baik bagi Nadiem Makarim. Biarkan Nadiem bisa mengabdi sebagai menteri dan pastikan penggantinya di Gojek mampu meningkatkan kesejahteraan para mitra pengemudinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun