Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wiranto Bukan yang Pertama, Dulu Matori Abdul Djalil Pernah Dibacok

11 Oktober 2019   00:19 Diperbarui: 11 Oktober 2019   00:35 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matori Abdul Djalil (dok. Kompas)

Pada breaking news Kompas TV, Kamis malam (10/10/2019), Wapres Jusuf Kalla mengatakan bahwa peristiwa ditikamnya Wiranto adalah yang pertama kali dialami pejabat kita.

Tentu Jusuf Kalla punya alasan untuk menyatakan hal tersebut. Tapi bila ditelusuri kembali pemberitaan di media massa, 19 tahun lalu, seorang pejabat tinggi negara pernah dibacok oleh seseorang yang masuk ke halaman rumahnya.

Ditikam tentu berbeda secara teknis dengan dibacok. Demikian pula tempat kejadian perkara (TKP)-nya, di tengah kerumunan orang seperti yang dialami Wiranto tentu berbeda dengan di rumah sendiri.

Jadi tidak perlu kita perdebatkan apakah musibah yang menimpa Menko Polhukam Wiranto tersebut kejadian pertama dalam sejarah kita atau bukan. 

Hanya saja, dari seorang narasumber yang dihubungi Kompas TV dalam perbincangan terkait penikaman Wiranto itu, menjelaskan bahwa Wiranto bukan yang pertama. 

Kasus pembacokan Matori Abdul Djalil yang terjadi tahun 2000 disebutkan sang narasumber sebagai yang pertama. Bahkan kalau juga dihitung sejumlah percobaan pembunuhan yang gagal terhadap Presiden Sukarno, membuktikan bahwa serangan secara fisik, telah lama menjadi ancaman bagi para pejabat kita.

Maka sebetulnya bila kita melihat betapa banyak tenaga keamanan, baik yang berseragam dan mudah dikenali, maupun yang menyelinap berpakaian bebas tanpa dikenali, di sekitar seorang pejabat tinggi negara, tergolong wajar.

Meskipun sebagian orang mungkin menilai terlalu banyaknya tenaga pengamanan seorang pejabat sebagai pemborosan dan tidak merakyat, namun memang begitu standar prosedurnya di negara manapun juga.

Tapi bila dibandingkan dengan negara lain, sebagai contoh di India dan Pakistan di mana perdana menterinya pernah menjadi korban pembunuhan, Indonesia relatif lebih aman.

Sekadar untuk mengingat kembali, Matori Abdul Djalil adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang pernah menjadi Menteri Pertahanan saat Megawati menjadi Presiden (2001 sampai 2004).

Saat menjadi korban pembacokan, tepatnya pada tanggal 9 Maret 2000, Matori menjabat sebagai Wakil Ketua MPR (1999-2001).

Dilansir dari liputan6.com (10/10/2000), terdakwa pembacok Matori, Tanzul Arifin, divonis sembilan tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Tanzul terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan dalam percobaan dan perencanaan pembunuhan terhadap Matori.

Tentang kejadian pembacokan itu sendiri, saat itu masih jam 8.30 pagi, Matori yang mengenakan kain sarung tengah melihat tukang yang merenovasi rumahnya di Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

Ketika Matori berdiri di halaman samping rumah, masuklah seorang lelaki yang memberikan brosur desain interior berikut daftar harganya.

Awalnya Matori sempat terlibat mengobrol dengan lelaki yang tidak dikenalnya itu. Kemudian tiba-tiba tamu tidak diundang itu memukul bagian belakang kepala Matori dengan senjata tajam.

Matori secara reflek menangkis dengan tangan kanannya. Akibatnya tangan dan kepala Matori terluka. Matori berteriak dan si pembacok lari keluar rumah menyusul temannya yang telah menunggu di atas motor.

Meskipun terluka, politisi asal Salatiga itu berhasil diselamatkan. Matori meninggal dunia tujuh tahun setelah itu, yakni tanggal 12 Mei 2007 pada usia 64 tahun.

Dari kejadian yang menimpa Matori di waktu lalu dan yang sekarang dialami oleh Wiranto, jelaslah kewaspadaan harus selalu dilakukan selama 24 jam 7 hari. 

Tak ada tempat yang betul-betul steril, bahkan termasuk ketika di rumah sendiri. Apalagi saat berada di kerumunan massa yang ingin menyalami sang pejabat. Kita berharap semoga tak ada lagi kejadian serupa di masa datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun