Dari sekian banyak suku di Indonesia, suku Minang dikenal sebagai salah satu suku perantau ulung. Penyebaran daerah perantauannya tidak hanya di Indonesia, tapi juga sampai merambah ke berbagai penjuru dunia.
Di Indonesia sendiri, boleh dikatakan tak ada provinsi yang tidak punya perantau asal Minang. Cara mendeteksinya gampang, lihat saja apakah ada Rumah Makan Padang di sana atau tidak.
Meskipun sekarang sudah banyak pula Rumah Makan Padang yang dimiliki orang non-Minang, tapi mayoritas masih menjadi ladang usaha para perantau Minang, selain jadi pedagang, baik pedagang kaki lima maupun yang berjualan di toko-toko.
Warga ibu kota tentu tidak asing lagi dengan pedagang asal Minang. Pasar Tanah Abang sebagai contoh, dari ribuan kios di sana, mayoritas ditempati oleh pedagang asal Minang tersebut.
Tapi, bahwa di kota Wamena yang berada jauh di pedalaman Papua, beberapa ribu kilometer dari Padang, ternyata juga menjadi tempat berjuang bagi ribuan perantau Minang, mungkin banyak yang belum tahu.
Soalnya keberadaan para perantau Minang di Wamena nyaris luput dari perhatian publik kalau bukan karena banyaknya korban tewas asal Minang saat terjadi kerusuhan di sana, 23 September 2019 lalu.
Selama ini, secara geografis, Papua terkenal sebagai daerah yang banyak dihuni para perantau asal Sulawesi, terutama Sulawesi Selatan. Tapi pemberitaan di media massa telah membuka mata, bahwa Wamena pun menjadi ajang pembuktian kegigihan orang Minang.
Di masing-masing daerah, para perantau Minang bisa dipastikan membentuk organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM). Dengan kompaknya, IKM di berbagai kota menggalang bantuan dan juga dibantu Pemprov Sumbar untuk membiayai kepulangan jenazah korban kerusuhan di Wamena ke kampung halamannya.
Sekarang bantuan tersebut mengalir pula bagi para perantau di Wamena yang ingin mengungsi ke kampung halaman. Ongkos transportasi dan juga uang santunannya dibantu oleh IKM. Bantuan cepat mengalir karena menggunakan media sosial.
Tentu sudah terbayang betapa besarnya biaya yang diperlukan untuk pemulangan sepuluh jenazah dan ribuan pengungsi. Seperti diketahui tarif pesawat dari Jakarta ke Jayapura saat ini berkisar Rp 3 juta per orang. Pasti tarif dari Wamena ke Padang jauh di atas itu.
Tapi melalui media sosial pula pada awalnya sempat muncul berbagai komentar bernada SARA yang intinya ingin membangkitkan harga diri orang Minang untuk membuat "perhitungan". Untunglah komentar bernada menghasut yang berpotensi memecah belah bangsa Indonesia tersebut tidak berlanjut.Â