Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Maulid Nabi, Kesalehan Sosial, dan Pamer Kesalehan di Media Sosial

9 November 2019   00:07 Diperbarui: 29 Oktober 2020   07:07 3291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soal saling melaporkan ke polisi itu, biasanya bukan gara-gara ucapan secara langsung, namun melalui tulisan, foto, video, atau gambar yang di-posting di media sosial.

Jelaslah bahwa makin langka menemukan orang yang punya kesalehan sosial di media sosial. Ironisnya banyak yang unjuk kesalehan dalam ritual beribadah di media sosial.

Artinya, sama-sama menggunakan media sosial, satu orang yang sama bisa mempertontonkan betapa salehnya ia. Tapi ia lupa kalau juga mempertontonkan ketidaksalehan sosialnya bila gampang menyalahkan orang lain, bahkan termasuk mengkafirkan orang lain.

Hanya gara-gara berbeda ustad, berbeda kelompok pengajian, berbeda cara berpakaian, berbeda pilihan politik, antar saudara atau antar tetangga bisa menyebabkan hubungan yang kurang harmonis.

Bukankah itu pertanda kesalehan sosial yang belum terbangun? Padahal secara ritual, banyak yang bangun tengah malam. Sambil siap-siap untuk salat tahajud, tak lupa mengirim pesan ke teman-teman satu grup media sosial, berisi ajakan mari salat tahajud.

Apakah ajakan itu bernilai ibadah karena mengandung niat berdakwah, mengajak orang lain berbuat baik? Atau justru mengurangi nilai ibadah karena terkandung niat untuk pamer atau untuk mendulang pujian? Tak ada yang tahu niat yang terpatri di hati kecil seseorang, kecuali orang itu sendiri dan Allah. 

Tapi yang ingin disampaikan melalui tulisan ini adalah dengan memanfaatkan momentum peringatan maulid Nabi Muhammad, mari kita teladani apa yang dicontohkan oleh Rasulullah secara utuh. 

Keutuhan dimaksud adalah mencakup aspek individu yang berdimensi vertikal, hubungan seseorang dengan Sang Pencipta. Kesalehan beribadah adalah perwujudannya. 

Aspek berikutnya adalah hubungan baik sesama manusia, berdimensi horizontal, yang perwujudannya berupa kesalehan sosial. Agar komplit, tambah lagi dengan hubungan manusia dengan alam, seperti menjaga lingkungan yang akan diwariskan bagi anak cucu.

Nah, dikaitkan dengan perubahan gaya hidup saat ini, di mana eksistensi seseorang di media sosial seperti sebuah keharusan, maka perlu disikapi dengan bijak.

Tak perlu setiap kali beribadah harus diceritakan di media sosial karena takut tergelincir dengan perilaku riya yang tidak disukai Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun