Kolaborasi Mira Lesmana dan Riri Riza, bagi saya seolah sudah jadi jaminan, bahwa saya perlu menonton film terbarunya. Judul yang pendek, "Bebas", namun sesungguhnya banyak hikmah yang bisa dipetik dari film ini.
Kesuksesan Mira dan Riri dalam memproduksi film Ada Apa dengan Cinta 1 dan 2, juga Laskar Pelangi, sekadar menyebut beberapa contoh yang teringat secara spontan, membuat saya antusias.
Meskipun disebutkan bahwa film ini diadaptasi dari film Korea berjudul "Sunny", yang telah sukses diadaptasi oleh produsen film Amerika Serikat, Jepang dan Vietnam, bagi saya yang tidak menonton film aslinya itu, merasa "Bebas" adalah sepenuhnya sangat Indonesia. Khususnya remaja Jakarta di tahun 1995-1996 dan ketika mereka berusia di awal 40-an tahun saat ini.
Karena SMA saya tidak di ibu kota, hanya di sebuah kota kabupaten di Sumatera Barat, dan sekitar 15 tahun lebih dulu ketimbang kisah "Bebas", jelas film tersebut tidak bisa mewakili pengalaman saya.Â
Tapi ada sedikit kemiripan bahwa ternyata praktik bullying di sekolah dan kenakalan remaja adalah masalah universal sejak dulu, baik di kota besar maupun kota kecil.
Yang jelas, demam reuni yang sangat ngetren sejak maraknya media sosial, juga menulari saya, dan menonton film "Bebas" paling asyik sambil reuni dengan teman sekolah.
Ternyata "Bebas" tersebut adalah nama geng 6 orang anak SMA, terdiri dari 5 cewek dan 1 cowok. Tak usah heran adanya cowok yang masuk geng cewek. Di era saya sekolah puluhan tahun lalu pun ada cowok yang kemayu yang di Padang saat itu disebut dengan BG alias Bujang Gadis.
Nama geng tersebut uniknya diberikan oleh penyiar radio, ketika para anggotanya meminta sang penyiar memutarkan lagu pesanannya. Nama geng itu menggambarkan keinginan mereka yang ingin bebas menentukan masa depannya.
Dan lagu yang diminta mereka adalah lagu yang hits waktu itu, judul lagunya juga "Bebas" yang dibawakan rapper Iwa K. Selain itu, ada sejumlah lagu ngetop di dekade 90-an yang menghiasi film ini.Â
Dua puluh tiga tahun setelah mereka berpisah ketika menyelesaikan SMA-nya, mereka berkumpul lagi. Tapi masing-masing terlihat tidak bebas dari masalah kehidupan.
Di antara enam orang yang dulu satu geng itu, tampaknya Vina (diperankan Marsha Timothy) yang hidupnya mapan, padahal di SMA, sebagai anak pindahan dari Sumedang ke Jakarta, ia yang paling sering di-bully karena keluguannya. Vina juga mengalami pelecehan seksual dari cowok teman sekelasnya yang bukan anggota geng.