Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mahathir Mohamad Setengah Hati Serahkan Estafet Kepemimpinan ke Anwar Ibrahim?

13 Desember 2019   08:08 Diperbarui: 13 Desember 2019   08:08 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politisi gaek Malaysia yang kembali bersinar dengan terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) pada saat usianya sudah melewati 90 tahun, Mahathir Mohamad, tampaknya tidak mengalami kendala yang berarti dalam melaksanakan tugasnya. 

Artinya faktor usia bukan jadi penghalang baginya. Namun banyak warga Malaysia, bahkan juga warga negara tetangganya seperti Indonesia yang menunggu, apakah Mahathir akan setia dengan janjinya untuk menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Anwar Ibrahim.

Masalahnya, kursi kekuasaan lazimnya membuat yang mendudukinya terlena. Siapa tahu hal ini juga menjangkiti Mahathir yang sebenarnya sudah kenyang sebagai PM selama 22 tahun, dari 1981 sampai 2003, bersamaan dengan periode jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).

Adapun babak baru kepemimpinan Mahathir dimulai sejak 10 Mei 2018 lalu. Memang relatif baru. Hanya saja seperti diberitakan banyak media sebelumnya, Mahathir awalnya merencanakan memimpin selama 2 tahun saja.

Kalau rencana itu masih dipegang, maka tahun depan giliran Anwar Ibrahim, yang berkongsi dengan Mahathir  dalam Koalisi Pakatan Rakyat pada pemilu sebelumnya, untuk menduduki kursi PM. Namun bila mencermati berita yang beredar di Malaysia, ada indikasi Mahathir masih setengah hati.

Apalagi sesuai dengan tata krama Melayu, Anwar Ibrahim tidak pernah bertanya atau menagih "janji" Mahathir. Anwar mungkin merasa tenang karena istrinya Wan Azizah sekarang menjadi Wakil PM.

Setengah hatinya Mahathir semakin jelas seperti yang diberitakan Kompas, Kamis (12/12/2019). Ternyata ada perpecahan di Partai Keadilan Rakyat (PKR), partai tebesar yang tergabung dalam koalisi pemerintahan saat ini.

Anwar Ibrahim adalah Ketua Umum PKR, namun mendapat perlawanan dari Wakil Ketua Umum PKR, Azmin Ali. Azmin dalam posisi yang kuat karena juga ditunjuk Mahathir menjadi Menteri Perekonomian.

Azmin kerap terlihat mendampingi Mahathir dan juga mendampingi Yang Dipertuan Agung kepala negara Malaysia dalam berbagai kesempatan. Fakta ini memicu isu bahwa Mahathir lebih menyukai Azmin sebagai calon PM dibandingkan dengan Anwar.

Dalam acara yang kalau di Indonesia disebut dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PKR, 4-8 Desember 2019 di Melaka, perpecahan antar kedua kubu tak terelakkan lagi.

Kubu Anwar dan kubu Azmin terlibat pertengkaran panas yang akhirnya membuat kelompok Azmin melakukan rakernas tandingan, Minggu (8/12/2019) di Kuala Lumpur.

Sekiranya Azmin berhasil menjadi Ketua Umum PKR, sangat mungkin akan membuatnya melenggang menerima serah terima jabatan PM dari Mahathir. 

Jika semua berjalan normal, pemilu internal PKR baru akan berlangsung tahun 2021. Ketika itulah Azmin berpeluang merebut kursi ketua partai bila punya banyak pendukung.

Entah dipas-paskan atau hanya sekadar kebetulan, Mahathir pun seperti merevisi rencana semula, tidak jadi pensiun dari jabatan PM tahun 2020, tapi setahun setelah itu.

Kalau memang begitu, mungkin sudah takdir Anwar, politisi yang sejak muda dahulu mempunyai hubungan erat dengan banyak cendekiawan Indonesia, tidak akan pernah jadi PM.

Padahal sedikit kilas balik ke dekade 1990-an, Anwar juga sudah digadang-gadang akan menjadi PM sejak 1995. Sayangnya dari tahun 1997 hingga 2018 Anwar bolak-balik dipenjarakan dan diduga akibat perselisihannya dengan Mahathir.

Perlu dicatat, walaupun lebih muda ketimbang Mahathir, Anwar secara umum sudah tergolong tua, yakni berusia 72 tahun. Bahkan kesehatan Anwar relatif sering terganggu, antara lain dampak dari mendekam di penjara itu tadi.

Sudah begitu, politisi yang terkenal santun ini, malah berurusan lagi dengan polisi. Tempo.co (11/12/2019) memberitakan bahwa pihak kepolisian Malaysia bakal memeriksa Anwar karena ada pengaduan seorang bekas pembantunya yang mengaku menjadi korban serangan seksual.

Publik Malaysia khawatir ada rekayasa di balik pengaduan itu. Memang ironis, bila tokoh yang juga disebut sebagai intelektual muslim berkelas internasional itu, setara dengan almarhum Nurcholish Madjid di Indonesia, di masa tuanya tersandung banyak masalah.

Sudahlah secara politik terkena PHP (pemberi harapan palsu), eh ada kemungkinan masuk penjara lagi. Drama politik di negara tetangga itu semakin menarik untuk dicermati. 

Ternyata tumbangnya Najib Razak, mantan PM terdahulu yang sekarang sibuk menghadapi tuduhan korupsi, yang sekaligus mengakhiri dominasi UMNO, tidak serta merta melahirkan era reformasi, seperti tumbangnya Soeharto di negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun