Tapi Rahmat harus segera pulang ke Indonesia karena akan melangsungkan pernikahan dengan Hasna (Medya Safira) yang telah direncanakan sebelumnya. Hayya berontak dan tidak bisa menerima perpisahan itu.
Namun setibanya di Jakarta Rahmat sangat kaget karena ternyata Hayya juga ada di rumahnya. Terlepas dari kurang logisnya seorang anak kecil bersembunyi di dalam sebuah koper agar dibawa oleh kapal kemanusiaan yang ditumpangi Rahmat dan Adin dari Palestina ke Jakarta, film ini sangat menyentuh dari sisi kemanusiaan. Penderitan anak Palestina yang traumatis cukup tergambar.
Memang kelemahan film ini ada pada logika ceritanya. Tampaknya penulis skenario  Ali Eunoia dan sutradara Jastis Arumba, ingin menggampangkan cerita.Â
Di samping anak kecil masuk koper di atas, Hayya yang hilang di belantara Jakarta, terlalu gampang ditemukan Rahmat. Begitu pula adegan tabrakan di akhir cerita, yang membuat Rahmat dirawat di rumah sakit, agak kurang pas.
Namun paling tidak film Hayya telah berhasil mengangkat tema yang langka. Satu hal yang tidak terbantahkan, dalam kenyataannya, pemerintah dan masyarakat Indonesia dari dulu selalu konsisten mendukung perjuangan bangsa Palestina meraih kemerdekaannya. Itu yang menjadi salah satu tujuan film ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H