Tentang sanksi untuk dosen, perlu diketahui selama ini dosen relatif independen yang punya ruang yang luas untuk menyampaikan pendapat, meskipun itu berseberangan dengan pemerintah.
Banyak dosen yang sekaligus bertindak sebagai pengamat yang sering menulis opininya di media massa atau menjadi narasumber dalam acara talk show di televisi. Sah-sah saja dosen berbeda pendapat dengan penguasa.
Dosen tipe seperti itu tidak gampang diancam dengan sanksi dari rektor. Bahkan dosen bisa balik menantang untuk segera diberi sanksi yang bisa menjatuhkan wibawa Menristekdikti.
Selama dua-tiga hari demo di awal minggu ini, tentu ada banyak kelas yang harusnya diikuti mahasiswa, namun ditinggalkan karena panggilan hati nuraninya untuk demo lebih diutamakan.
Bila saja dosen yang mengajar di kelas-kelas tersebut sewaktu mengisi absensi kelas ke dalam sistem perkuliahan (sekarang absensi mahasiswa sudah pakai aplikasi yang diisi dosennya), mengklik "izin", bukan "mangkir" bagi mahasiswa yang pergi demo, inilah yang menjadi sasaran ancaman Menristekdikti.
Hanya saja diperkirakan jumlah dosen yang memberikan toleransi bagi mahasiswa yang demonstrasi, jumlahnya banyak sekali. Soalnya di hampir semua kota provinsi, bahkan juga sampai ke kota kabupaten yang punya perguruan tinggi, terjadi demonstarsi mahasiswa.
Kalau seperti itu tentu saja ancaman Menristekdikti tidak akan efektif, malah dikhawatirkan jadi bahan bercanda para dosen. Di era reformasi ini memang kurang tepat rasanya bila kehidupan kampus kembali dikekang seperti di era Soeharto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H