Film ini masih senada dengan dua film sebelumnya yang juga diangkat dari novel Ika Natassa, Critical Eleven dan Antologi Rasa. Seperti juga novelnya, film-film di atas termasuk hot karena banyak dihiasi adegan ciumannya. Sesuatu yang biasa menurut standar film barat, tapi agak langka di film Indonesia. Tapi semua ini memang berkaitan dengan konteks cerita.
Tampaknya sutradara Benni Setiawan cukup tahu batas. Karena begitu adegan di atas ranjang, penonton di persilahkan berimajinasi sendiri. Hanya saja rasanya film ini lebih pas untuk 17 tahun ke atas, bukan 13 tahun.
Memang bila dikaitkan dengan konteks ke-Indonesia-an yang lebih banyak dihuni masyarakat yang tinggal di kota kecil dan pedesaan, bekerja di sektor agraris dengan pendapatan yang relatif kecil, Twivortiare terkesan tidak "membumi". Tapi menikmatinya sebagai hiburan, terasa layak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H