Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesta di Hotel Mewah, Hati Mendua dan Pecahnya Rekor Berdiri Terlama

1 September 2019   00:10 Diperbarui: 1 September 2019   00:56 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam, saya kedatangan pengantar surat undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan anak seorang pemimpin tertinggi di sebuah BUMN terkemuka. 

Sungguh saya merasa kaget, karena sang pejabat masih mengingat saya, meskipun sudah tiga tahun saya tidak lagi mengabdi di BUMN yang dipimpinnya.

Sebetulnya kalau orang penting punya hajatan, hati saya agak mendua untuk datang menghadiri. Di satu sisi pasti sudah kebayang makanan yang melimpah dan beragam, dari masakan Indonesia sampai yang internasional. 

Dekorasinya pasti sangat menarik. Lalu hiburan bagi para undangan biasanya diisi oleh artis papan atas. Pengunjung ibarat menonton konser saja.  Sudah begitu, bisa melihat langsung public figure yang selama ini hanya dilihat di layar kaca.

Namun di sisi lain membayangkan bakal mengantre lama sekali untuk menyalami pengantin, sudah bikin perut mules duluan. Saya pernah satu jam mengantre sampai lutut goyah.

Pernah saya siasati dengan datang lebih awal. Tapi ternyata tidak membantu. Sejak dari  tempat jejeran ratusan karangan bunga, barisan antrean sudah ada. Barisan ini sering pula dipotong undangan VVIP yang punya hak lebih dulu menyalami dan berfoto dengan pengantin.

Pernah pula saya datang sengaja belakangan. Harapannya antrean tinggal sedikit. Tapi ya sama saja. Para tamu dengan dandanan yang modis seolah tak ada habisnya.

Dok pribadi
Dok pribadi
Sebetulnya kalaupun saya tidak datang tidak masalah. Saya ini apalah, gak bakalan ditanya juga kenapa gak datang. Namun menurut ajaran agama, memenuhi undangan termasuk yang sangat dianjurkan.

Soal lain yang bikin bingung adalah soal amplop. Mau diisi berapa kalau yang mengundang tergolong kelompok super kaya. Di kasih banyak, kantong saya yang teriak. Di kasih sedikit, takut kalau ketahuan.

Apapun juga, untuk undangan yang saya terima kali ini, saya harus datang. Meskipun saya amat menyadari kedatangan itu mungkin tidak berarti bagi yang punya hajat. 

Saya ingin membuktikan apakah imbauan di surat undangan untuk tidak mengirimkan karangan bunga dan sumbangan dalam bentuk apapun (baca: amplop),  berjalan efektif atau tidak.

Maka pada Sabtu malam (31/8/2019) saya dan istri berangkat ke Ritz Carlton Hotel di Pacific Place, Jakarta Selatan. Pengamatan saya begitu sampai di lokasi, sama sekali tidak ada karangan bunga. 

Begitu pula saat saya mengisi buku tamu, tak ada tempat memasukkan amplop. Maka sebagai pejabat BUMN, sang pengundang tak perlu repot-repot melaporkan amplop yang diterima ke KPK, karena bisa diisi nihil.

Tapi alamak, kekhawatiran saya terbukti. Antreannya sangat sangat panjang. Konon 4.000 undangan disebar untuk pesta ini. Berkali-kali MC mengumumkan bahwa para tamu yang mau menikmati hidangan terlebih dahulu, dipersilakan, mengingat panjangnya antrean.

Namun saya tidak terpancing dengan pengumuman itu. Dulu, saya pernah makan duluan, tapi setelah itu pas masuk jalur antrean, tetap saja masih mengular.

Sementara itu Hotman Paris Hutapea,  Tito Karnavian, Luhut Binsar Panjaitan, Ganjar Pranowo, Aburizal Bakrie, dan entah siapa lagi yang luput dari perhatian saya,  melenggang mulus melewati jalur antrean. Ya iyalah, beliau-beliau kan orang super sibuk, tentu tidak mungkin membuang waktu antre berlama-lama.

Saya masuk jalur antrean jam 19.23. Alhamdulillah dengan semangat 45 berhasil menyalami kedua pengantin dan kedua pasang orang tua pengantin yang berbahagia pada jam 21.05. Ini saya catat dalam sejarah hidup saya sebagai rekor terlama saya antre di suatu pesta pernikahan.

Maka tibalah waktunya menyantap hidangan ala hotel mewah. Meski undangannya banyak sekali, ruangan tak terasa sempit karena memakai Grand Ballroom 1,2, dan 3, yang digabung jadi satu.

Menikmati Marcel Siahaan (dok pribadi)
Menikmati Marcel Siahaan (dok pribadi)

Saya juga menikmati alunan lagu-lagu rancak dari salah seorang penyanyi favorit saya, Marcel Siahaan, yang diiringi band-nya sendiri. 

Lalu setiap bertemu teman lama, tentu saya harus saling bersalaman sambil bertukar kabar. Khusus teman akrab, tidak cukup sekadar bersalaman, tapi juga cipika-cipiki.

Pegel, capek, tapi saya nikmati saja sebagai ajang menjalin silaturahmi dengan banyak teman yang sudah lama tidak berjumpa. Lagi pula jarang-jarang saya diundang untuk pesta semewah itu.

Akhir cerita, saya dan istri keluar ruangan pesta, menukarkan kupon cenderamata, yang ternyata dapat parfum, bukan tempat tissue yang sudah banyak saya peroleh, kemudian pulang, kembali ke habitat saya.

Dok pribadi
Dok pribadi
Bagi saya, ikut pesta seperti itu tidak sampai membuat saya melayang. Saya tahu jalan pulang, ke sebuah rumah sederhana di pinggir gang yang hanya bisa dilalui satu mobil. Alhamdulillah semua saya syukuri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun